SOLOPOS.COM - Pendukung Donald Trump merayakan kemenangan calon Presiden AS dari Partai Republik, di Manhattan, New York, AS, Selasa (8/11/2016). (JIBI/Solopos/Reuters/Brendan McDermid)

Donald Trump akhirnya terpilih sebagai Presiden baru Amerika Serikat (AS).

Solopos.com, NEW YORK — Donald Trump akhirnya memastikan diri menang dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) mengalahkan Hillary Clinton. Calon dari Partai Republik itu memastikan kemenangan setelah perolehan suaranya melampaui batas minimal, yaitu 270 suara elektoral.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Hasil penghitungan yang ditampilkan real time di Metro TV hingga pukul 14.35 WIB, Trump unggul dengan 276 suara electoral, dan Hillary baru 218. Peta Hasil Pemilu AS 2016 yang ditampilkan real time di situs voaindonesia.com, Trump unggul 264 dan Hillary baru mendapatkan 215 suara electoral. Sementara itu, hasil penghitungan Decision Desk HQ yang ditayangkan Reuters, Trump baru unggu 248 dan Hillary 215.

Trump menyapu kemenangan di hampir seluruh negara bagian di tenggara dan tengah AS. Trump dipastikan menang di Ohio, Indiana, West Virginia, North Carolina, Kentucky, South Carolina, Tennesse, Arkansas, Missouri, Iowa, Louisiana, Mississippi, Alabama, Georgia, Florida, Texas, Oklahoma, Kansas, South Dakota, North Dakota, Montana, Idaho, Wyoming, dan Utah.

Itu belum termasuk keunggulan Trump di Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Nebraska, dan Arizona. Sisanya, yaitu New York, Washington DC, Massachusetts, Delaware, Connecticut, Rhode Island, dan Vermont, yang semuanya berada di timur laut AS, dikuasai Hillary. Hillary juga menyapu seluruh negara bagian di barat AS, dari California, Nevada, Oregon, Washington, hingga Hawaii. Dua negara bagian di Midwest, yaitu Colorado dan New Mexico juga dikuasai Hillary.

Namun, semua itu tak cukup untuk mengejar perolehan suara elektoral untuk Trump. Bahkan di kantong Republiken, keunggulan Hillary hanya tipis. Di New Hampshire misalnya, hingga pukul 14.28 WIB, Hillary hanya unggul dengan 47,49% berbanding Trump yang memperoleh 47,42%.

Aroma kemenangan Trump sudah tercium sejak pukul 11.00 WIB saat Michigan dan Florida dikuasai oleh Trump. Padahal, kemenangan di Michigan menjadi salah satu kunci bagi kubu Partai Demokrat dan menjadi salah satu kandang penting.

Sedangkan di Florida, kemenangan Trump mengejutkan karena di sana terdapat banyak warga Hispanik. Mereka adalah imigran atau keturunan dari Kuba yang diharapkan bisa menjadi pendongkrak suara Hillary. Namun kenyataannya, Trump menang di mayoritas wilayah negara bagian itu.

Kemenangan Trump juga membalikkan prediksi dalam survei akhir Reuters/Ipsos States of the Nation, Senin (7/11/2016) lalu, yang menyebut kemungkinan Hillary menang mencapai 90%. Baca juga: Peluang Hillary Clinton Menangi Pilpres AS 90%.

Berdasarkan survei itu, keberhasilan Clinton mengalahkan Trump tergantung dari suara pemilih baik warga kulit putih, hitam, maupun Latin, di 6-7 negara bagian. Mantan Menlu AS ini diprediksi memimpin dengan perolehan 45% atas Trump yang memperoleh 42%. Hillary pun diprediksi memenangkan 303 suara dalam Electoral College dan Trump hanya meraih 235 suara.

Electoral College adalah Lembaga Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat atau lembaga yang memilih presiden dan wakil presiden AS. Jumlah anggota Electoral College adalah 538 sehingga butuh 270 suara electoral untuk memenangi Pilpres AS.

Tak seperti di Indonesia, sistem Pilpres AS diadakan secara tidak langsung. Anggota Electoral College dipilih oleh setiap negara bagian berdasarkan aturan hukum masing-masing. Baca juga: Hillary Menang di Hawaii & California, Trump Tak Terkejar.

Walaupun kertas suara berisi nama kandidat-kandidat presiden, pemilih sebenarnya mencoblos untuk elector dari negara bagian mereka. Elector ini lantas memilih presiden dan wakil presiden. Jumlah anggota Electoral College adalah 538 orang. Jadi, masih 102 suara elector lagi bagi Trump untuk bisa terpilih sebagai Presiden baru AS.

Pengamat dari Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, memprediksi kemenangan Trump ini tak lepas dari skandal email pribadi Hillary yang memuat banyak dokumen rahasia. Hal ini membuatnya dituding membocorkan rahasia negara dan dimanfaatkan betul oleh Trump dalam kampanyenya.

“Banyak tentara yang bilang, ‘kalau saya yang melakukannya pasti dipenjara’. Tapi Hillary sepertinya tidak tersentuh, seolah-olah dia berada di level yang lain. Jadi ini yang membuat orang tidak respek,” kata Suzie di Studio Metro TV, Rabu.

Hal serupa juga dilontarkan oleh pengamat politik AS-Indonesia, Brian Kraft. Skandal itu sangat menggerus elektabilitas Hillary meskipun sebenarnya kesalahan itu bukan pelanggaran hukum dan tidak signifikan pengaruhnya bagi negara.

“Itu serasa seperti dobel skandal. Kalau orang biasa pasti masuk penjara. Tapi kalau kita lihat dalam kasus itu, tidak ada email yang implikasinya signifikan. Itu karena [Hillary] tidak hati-hati saja, tidak ada [kesalahan] strategis yang dia lakukan, tapi itu tidak melawan hukum. Sudah 12 institusi yang bilang ‘she doesn’t break the law [dia tidak melawan hukum]’. Tapi orang hanya melihat dari luar saja,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Tak hanya itu, kampanye Trump yang menjelek-jelekkan pemerintah Barack Obama dinilai sukses membuat dukungan untuk Hillary tergerus. Hillary dinilai tak jauh berbeda dengan Obama dalam kebijakan karena sama-sama dari Demokrat dan dukungan keluarga Obama kepadanya.

Terlebih, masalah ekonomi global yang sangat terasa di AS membuat warga cenderung menyalahkan pemerintah. Trump dinilai berhasil memanfaatkan keresahan warga AS untuk meraup dukungan, atau setidaknya membuat orang yang semula mendukung Demokrat tidak mencoblos Hillary.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya