SOLOPOS.COM - Salah satu Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS yang tertempel di warung di Kota Solo, Jumat (27/1/2023). (Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, SOLO — Quick Response Code Indonesian Standard atau biasa disingkat QRIS (dibaca Kris) kini menjadi salah satu pembayaran yang sering digunakan di Kota Solo.

Sejak diluncurkan oleh Bank Indonesia pada 17 Agustus 2019, Kota Solo menjadi pengguna QRIS terbanyak di Soloraya.  Menurut data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kota Solo pada 2022, jumlah merchant QRIS di Soloraya terus meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data menunjukkan jumlah merchant QRIS Soloraya mencapai 36.881 pada Desember 2019. Jumlah tersebut naik pada Desember 2021 menjadi 281.164 merchant dan 358.410 merchant pada Juli 2022.

Sebesar 26% dari total 358.410 merchant berasal dari Kota Solo. Berikutnya Kabupaten Sukoharjo menempati urutan kedua kota/kabupaten di Soloraya dengan jumlah merchant QRIS terbanyak, sebesar 19%. Kemudian kabupaten Klaten sebesar 15%.

Kabupaten Karanganyar menempati urutan keempat kota/kabupaten di Eks Karesidenan Surakarta dengan jumlah merchant QRIS terbesar sebanyak 13%, Kabupaten Sragen sebesar 10%, Kabupaten Boyolali sebesar sembilan persen dan terakhir Kabupaten Wonogiri sebesar delapan persen.

Solopos.com mencoba melihat lebih dekat penggunaan QRIS di beberapa tempat. Bagi para pedagang, QRIS memudahkan pembayaran karena tidak perlu menyiapkan uang tunai untuk kembalian.

Sedangkan bagi pengguna QRIS, mereka merasa dimudahkan karena cukup menggunakan handphone untuk melakukan pembayaran dengan beragam pilihan aplikasi mobile.

Salah satu pedagang yang menggunakan QRIS adalah Sawega di daerah Laweyan, Solo. Sawega sudah memiliki QRIS untuk warungnya sejak awal buka di tahun 2019.

Menurutnya, hal ini memudahkannnya setiap hari karena ia tidak perlu mencari uang pecahan untuk kembalian.

“Lebih gampang kalau pakai QRIS karena setiap hari enggak perlu mencari uang kembalian, selain itu QRIS juga memudahkan untuk mengatur cash flow atau uang keluar masuk karena semuanya terdata di bank, kita tinggal lihat pemasukannya berapa dan keluarnya berapa,” ujar Sawega pada Jumat (27/1/2023).

Selain Sawega, ada Rahmat Hadi. Pedagang kelontong yang berjualan di daerah Nusukan ini sudah menyediakan QRIS untuk pembayaran sejak akhir tahun 2022. Ia memasang QRIS untuk menambah opsi pembayaran bagi pembelinya.

“Baru tahun kemarin menambah QRIS untuk opsi membayar, karena sekarang serba digital dan orang lebih banyak membawa handphone dibandingkan uang tunai. Sama uang recehan sekarang agak susah dicari dan waktunya juga enggak cukup kalau setiap hari menukar uang,” ucapnya.

Sedangkan dari sudut pandang pembeli, QRIS memudahkan mereka untuk bertransaksi. Seperti yang diungkapkan Tedi, pria berusia 27 tahun ini merasa sangat dimudahkan dengan adanya QRIS.

Tedi tidak perlu menarik uang tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

“Jauh lebih mudah sekarang untuk beli apa-apa pakai QRIS, karena sudah enggak perlu uang tunai kalau mau beli apa-apa. Jadi di kantong cuman cuman perlu bawa handphone dan masuk aplikasi untuk pembayaran, jadi memang jauh lebih memudahkan,” ucap Tedi.

Namun, menurut Tedi, tidak semua pedagang menyediakan QRIS, sehingga beberapa kali ia sempat kecele untuk saat ingin membeli sesuatu.

“Tapi kan memang enggak semua ada QRIS, andai bisa mungkin bisa dibantu penyediaan QRIS di warung-warung jadi bakalan lebih enak buat pembeli,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya