SOLOPOS.COM - Ilustrasi wukuf (JIBI/Solopos/Dok.)

Boyolali (Espos) — Pascawukuf, jumlah jemaah haji Solo yang meninggal dunia terus bertambah. Sampai Senin (29/11) siang, secara keseluruhan jemaah yang wafat sebanyak 53 orang atau bertambah 37 jemaah dibandingkan sebelum periode kepulangan.

Sekretaris Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Solo, Akhmad Su’aidi, menyebutkan peningkatan jumlah jemaah meninggal pascawukuf di Arafah merupakan hal yang lazim terjadi. Hal itu diduga turut dipengaruhi faktor kelelahan yang dialami oleh para jemaah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Setiap musim haji, umumnya jumlah jemaah meninggal setelah wukuf menunjukkan peningkatan. Seperti juga tahun ini. Besar kemungkinan mereka yang wafat mengalami kecapekan atau letih sesudah melaksanakan wukuf yang menjadi puncak ibadah haji,” ungkapnya kepada Espos di Sekretariat Humas PPIH Debarkasi Solo di Asrama Haji Donohudan, Senin (29/11).

Sementara Satgas Humas, Juwair, mengatakan dari 53 jemaah yang meninggal 48 di antaranya wafat di Tanah Suci dan dimakamkan sesuai lokasi daerah kerja (Daker) di tempat keberadaan. Tiga jemaah meninggal di pesawat dalam perjalanan pulang dan dua orang di RSUD Dr Moewardi.

Dikemukakan, sejauh ini Kabupaten Purworejo menjadi daerah terbanyak yang kehilangan jemaah hajinya dengan jumlah meninggal dunia mecapai lima orang. Daerah lain yang juga menyumbangkan banyak jemaah wafat adalah Kabupaten Kebumen, diikuti kabupaten/kota lain. Menurutnya, meski terus bertambah, jumlah jemaah wafat masih dibawah angka tahun 2009, yaitu 64 orang.

Seperti pula disampaikan, hingga berakhirnya pemberangkatan, statistik angka kematian jemaah haji mengalami tren penurunan signifikan jika dibanding musim haji sebelumnya. Tahun 2009 lalu, jemaah wafat meninggal sebanyak 29 orang, sedangkan pada tahun ini jumlahnya tercatat hanya 16 jemaah, berkurang 13 orang atau mengalami penurunan signifikan hingga sekitar 40%.

Sementara itu terkait penyebab kematian jemaah haji, Su’aidi menyebutkan pemicunya beragam. Yang cukup banyak ditemukan adalah penyakit kardiovaskuler, gangguan pernapasan (respiratory failure), stroke, dan cardiac arrest. Jemaah haji yang meninggal dunia pada umumnya juga dikategorikan kelompok dengan risiko tinggi (Risti) karena berusia di atas 50 tahun.

try

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya