SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Denpasar–Bintang utama film “Eat, Pray, Love” atau EPL Julia Roberts ternyata sering harus mengulang adegan karena lupa naskah dari skenario selama menjalani pengambilan gambar di Pulau Bali.

“Julia Roberts yang banyak tak hafal naskah dan banyak improvisasinya. Inilah yang membuat saya bingung, karena yang saya hafalkan juga kata terakhir dari naskahnya Julia baru bisa masuk ke dialog saya,” kata Hadi Subiyanto yang berperan sebagai Ketut Liyer dalam film EPL di Denpasar, Senin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meskipun demikian, suami dari Sumirahayu yang memerankan tokoh dukun sekaligus guru spiritual Julia Roberts dalam film tersebut, tak banyak mengalami hambatan ketika melakukan dialog bersama sang Pretty Woman.

Bahkan pria kelahiran Probolinggo, Jawa Timur yang memerankan sosok Ketut Liyer ini mengaku sampai hafal hingga titik koma tentang apa yang harus diucapkan. Ketut Liyer bahwa bingung dengan akting yang dilakukan Hadi.

Ekspedisi Mudik 2024

“Wah, kamu mainnya bagus sekali dan justru saya bingung karena kalau saya yang memerankan itu belum tentu bisa sebagus itu,” kata Hadi menirukan ucapan Liyer.    

Ia mengemukakan, adegan yang diulang tak hanya karena pemain atau karena mereka lupa naskah, tetapi seringkali juga karena adanya angin yang kencang sehingga sutradara memotong adegan.    Meskipun tak ada kesulitan, Hadi harus kerja keras untuk menghafalkan naskah dalam bahasa Inggris dengan bahasa ala Liyer yang tidak baku.

“Saya sebenarnya tidak enak mengucapkannya karena bahasa Inggris Liyer tidak baku. Sutradara juga memperbolehkan saya untuk melakukan improvisasi, tapi saya yang tidak mau,” ungkap dia.

Saat ditanya apa resepnya dapat menghafal seluruh naskah hingga titik koma di usianya yang sudah 67 tahun, Hadi mengatakan bahwa dia harus melibatkan seluruh indra yang dimiliki.

Kalau ingin menghafal, maka suara harus keras sambil tangan juga menulis apa yang diomongkan, pastinya telinga mendengar. Jadi kalau ada yang lupa, salah satu dari indra itu seolah seperti mengingatkan.

Pria yang menjadi pekerja seni di Hotel Darmawangsa Jakarta ini, selain menguasai Bahasa Inggris, juga menguasai Bahasa Jerman.

Saat melakukan perjanjian persetujuan bermain film, Hadi meminta agar pada adegan yang dimainkan dilakukan setiap hari. “Saya tidak mau seperti Christine Hakim yang sekarang ada syuting dan baru ada jadwal tiga hari lagi, sehingga dia bengong saja selama di Bali,” ujar dia.

Sebelum menekuni dunia seni, dia pernah bekerja sebagai guru SMA di Probolinggo, kemudian menekuni dunia teknik dan bekerja di sebuah kantor kontraktor lalu membuat kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).Ketika bertemu dengan warga asing, Hadi pindah bekerja ke proyek di beberapa daerah, seperti Aceh dan Batam sampai empat tahun.

Saat bertemu dengan Liyer, Hadi menolak untuk menghafalkan mantra tertentu sehingga saat pengambilan gambar di hari terakhir, hanya suara Liyer asli yang masuk ketika adegan sedang bersembahyang di Pura. Selama masih terikat kontrak dalam film EPL, Hadi tak pernah diperbolehkan untuk pergi sendirian tanpa pengawalan.

Saat film ini diluncurkan yang direncanakan tahun 2011 mendatang, dia akan diundang. Bahkan saat ini promosi sudah dilakukan pemutaran wawancara khusus yang dilakukan Hadi. “Rekaman wawancara itu yang terus menerus diputar,” kata dia.

Hadi bercerita bahwa Liyer memberikan kenang-kenangan sebuah buku manusia berkaki empat. Bagi dia, hal itu memiliki filosofi yang dalam, yaitu apapun cobaan yang dihadapi tetaplah tegar berdiri seolah-olah memiliki empat kaki.

“Jangan melihat dunia dengan kepala tetapi juga dengan hati,” ujarnya. 
Ant/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya