SOLOPOS.COM - Rafael Nadal (JIBI/REUTERS/Shannon Stapleton)

US Open 2017 diwarnai dengan Rafael Nadal yang menjadi juara.

Solopos.com, NEW YORK — Rafael Nadal memang dikenal sebagai Raja Tanah Liat (King of Clay), tapi ia bisa menguasai lapangan keras dengan mudah saat turun di final US Open, Senin (11/9/2017) WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rafa, sapaan akrabnya, tak banyak mengalami kesulitan membungkam petenis Afrika Selatan, Kevin Anderson, di Flushing Meadow, secara straight set 6-3, 6-3, 6-4. Petenis asal Mallorca, Spanyol, tersebut pun merengkuh titel grand slam ke-16 sekaligus titel US Open ketiga dalam kariernya.

Ekspedisi Mudik 2024

Karier Rafa sempat dicap habis karena cedera. Namun, Rafa bangkit untuk menjadikan 2017 sebagai musimnya. US Open menjadi gelar keduanya musim ini setelah merengkuh grand slam tanah liat French Open ke-10 nya, Juni lalu.

“Apa yang terjadi tahun ini sungguh sulit dipercaya. Sejak event terpenting pertama tahun ini di Australia, saya bermain di level tertinggi. Susah menjuarai dua grand slam. Sebab Anda hanya punya empat kali peluang [dalam setahun]. Ini tahun yang sangat spesial,” urai Nadal, seperti dilansir Nypost.com.

Bermain di Ashe Stadium, Flushing Meadows, Rafa terlalu tangguh bagi Anderson. Nadal hanya kehilangan 15 poin dalam pukulan servis dan bermain sangat dominan atas lawannya. Kini, Rafa mulai digadang-gadang memiliki peluang menyamai pencapaian maestro tenis Roger Federer yang mengoleksi 19 grand slam.

Rafa “hanya” perlu tiga gelar grand slam lagi untuk menyamai rekor Federer yang menyandang sebagai petenis tunggal putra tersukses sepanjang sejarah. Apalagi, dari segi usia,  Nadal lebih muda lima tahun ketimbang FedEx, julukan Federer.

Rafa sebenarnya memiliki peluang merapatkan jarak koleksinya dengan Federer menjadi 17-18 seandainya tidak kalah dari petenis Swiss itu di final Australian Open 2017, Januari lalu. Pada final grand slam pembuka tahun 2017 ini, Rafa sempat unggul 3-1 pada set kelima atas Federer.  Sayang, ia akhirnya rela menyaksikan trofi Australian Open jatuh ke tangan musuh bebuyutannya itu.

“Saya tidak banyak memikirkan soal itu [mengejar rekor Federer]. Dia [Federer] punya 19 [grand slam].  Saya punya 16 [grand slam]. Jadi, ada  gap besar, tiga trofi. Tentu rivalitas ini sangat penting di tenis dunia. Saya pikir ini bisa jadi promosi yang bagus,” jelas dia.

Untuk mengejar rekor Federer memang bukan pekerjaan gampang. Setidaknya, Nadal harus menjaga kebugarannya dan tidak kembali terjerat badai cedera. Pada 2016, karier Nadal tenggelam bak ditelan bumi setelah dibekap cedera lengan kiri yang juga sempat memaksanya absen di Wimbledon. “Badai terburuk musim lalu yakni serangkaian cedera,” urainya.

Namun Rafa mulai kembali ke performa puncaknya. Ia pun melesat ke peringkat satu dunia musim ini. Petenis berusia 31 tahun itu bermain nyaris sempurna saat meladeni Anderson. Rafa hanya mengalami 11 unforced error dalam tiga set langsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya