SOLOPOS.COM - Pekerja membangun instalasi di sumber Banyu Towo, Paranggupito, Wonogiri, 2019 lalu. (Istimewa/Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan)

Solopos.com, WONOGIRI —- Pemerintah Kabupaten Wonogiri kembali menggelar proyek untuk mengatasi masalah kekeringan di wilayah selatan secara permanen, tahun ini.  Yakni pengangkatan air bersih dari sumber Banyu Towo, Paranggupito. Proyek itu merupakan pengembangan kegiatan yang pernah dilaksanakan 2019 lalu.

Termasuk juga proyek Luweng Songo, Pracimantoro, dan penyaluran air dari sumber Seropan, Gunung Kidul, DIY, ke Gambirmanis, Pracimantoro. Pemenenang lelang bisa diketahui di website Layanan Pengadaan Secara Elektronik atau LPSE Wonogiri, lpse.wonogirikab.go.id. Lelang proyek di sumber Banyu Towo dimenangi PT Gita Buana Yasa, Kota Semarang dengan nilai kontrak Rp2,734 miliar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lelang proyek di Luweng Songo dimenangi CV Naduwijaya, Purwantoro, Wonogiri dengan kontrak senilai Rp1,060 miliar. Sementara, lelang proyek di Gambirmanis dimenangi PT Sepakat Pratama Indonesia, Surabaya dengan nilai kontrak Rp3,261 miliar.

Ke Wonogiri, Gubernur Ganjar Beri Bantuan Sambungan Listrik Murah dan Hemat

Kepala Bidang Cipta Karya DPU Wonogiri, Bambang Agus Rinanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (6/8/2020), menjelaskan soal penanganan kekeringan. Menurut dia proyek penanganan kekeringan menjadi salah satu program prioritas Bupati Joko Sutopo sejak beberapa tahun terakhir.

Oleh karena itu anggaran dari Dana Insentif Daerah (DID) tahun ini tidak termasuk yang direfocusing untuk penanganan dampak Covid-19. Anggaran tersebut di antaranya meliputi proyek Banyu Towo.

“Waktu itu kalau Pak Bupati mau me-refocusing anggaran proyek ini bisa saja. Tapi beliau tidak melakukannya karena pasti punya pertimbangan tersendiri,” kata Bambang.

UMKM Bisa Dapat Kredit Rp2,5 Juta Tanpa Jaminan Lho, Ini Detailnya

Warga Terlayani

Dia melanjutkan, proyek tahun ini pengembangan proyek tahun lalu. Bambang mencontohkan proyek di Banyu Towo, Desa Paranggupito. Tahun lalu proyek dilaksanakan dengan membangun reservoir atau bak penampung. Juga jaringan transmisi dari Banyu Towo ke reservoir Bodeh, pemasangan genset 1 phase, dan pompa senilai Rp7,812 miliar.

Debit air yang dapat diangkat dari Banyu Towo dan disalurkan ke reservoir Bodeh sebesar 4 liter/detik. Sebelum ada proyek itu, Perusahaan Daerah Air Minum atau PDAM sudah mengelola air bersih dari Sumber Waru, Desa Gunturharjo. Air dari sumber tersebut kemudian disalurkan ke reservoir Bodeh dengan debit 7 liter/detik.

Kekeringan Mulai Melanda, Ratusan Keluarga di Klaten Krisis Air Bersih

Perpaduan instalasi di Banyu Towo dan Sumber Waru tersebut dapat mengangkat air sebesar 11 liter/detik yang ditampung di reservoir Bodeh.

“Air dari penampungan air Bodeh lalu disalurkan ke berbagai desa di Paranggupito. Yakni Songbledeg, Paranggupito, Gudangharjo, Gunturharjo, Ketos, dan Sambiharjo. Penyalurannya dikelola PDAM. Namun, distribusi hanya bisa dilakukan selama 12 jam, yakni mulai pagi,” ujar Bambang.

Hasil proyek 2019 di Banyu Towo bisa meningkatkan jumlah warga yang terlayani. Tahun lalu warga yang terlayani 21,32 persen dari jumlah penduduk Paranggupito pada 2018 tercatat 18.907 jiwa.

Setelah proyek tahun ini nanti rampung, cakupan warga yang terlayani diperkirakan naik menjadi 62,83 persen. Berdasar kajian, untuk memenuhi kebutuhan minimal air bagi seluruh warga Paranggupito dibutuhkan air sebesar 1.134.420 liter/hari. Debit air di Banyu Towo masih sangat besar. Berdasar analisis, debit air yang bisa diangkat mencapai 20 liter/detik. Alhasil, apabila Pemkab ingin menyedot air lebih banyak lagi masih memungkinkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya