SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani menebar pupuk. (Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Solopos.com, SOLO – Tak bisa dipungkiri, petani dan peternak Indonesia adalah salah satu pihak penopang kedaulatan pangan nasional. Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), adalah salah satu wilayah dengan jumlah petani dan peternak yang cukup banyak sehingga berpotensi menjadi penopang kedaulatan pangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, jumlah petani di Klaten mencapai 4.469.728 orang. Komoditas paling besar yang dihasilkan petani di Klaten antara lain padi dan jagung.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Petani Kabupaten Klaten mampu memproduksi 387.733 ton padi pada 2021 lalu. Dari total produksi padi di Jateng yang mencapai 9.618.657 ton, artinya petani Klaten telah menyumbang 4% produksi padi dan menduduki peringkat ke-11 dari seluruh kabupaten/kota di Jateng.

Di tahun yang sama, produksi jangung di Klaten mencapai 10.966 ton. Dengan total produksi jagung di Jateng yang mencapai 582.433 ton, berarti sumbangan produksi petani Klaten sudah mencapai 1,8% dan menempati peringkat ke-13.

Dari sisi peternakan, Kabupaten Klaten juga berkontribusi menyangga ketahanan pangan di Jateng. Berdasarkan data BPS Jateng pada 2021 lalu, sapi potong dan kambing menjadi hewan ternak paling banyak di Klaten.

Tercatat ada 105.500 ekor sapi potong dan 108.500 ekor kambing yang diternak para peternak di Klaten. Dengan total 1.863.327 sapi potong di peternakan Jateng, artinya Klaten menyumbang 5,7%. Sedangkan kambing dari Klaten menyumbang 2,9% dari total 3.785.913 ekor kambing di Jateng.

Dari angka itu, jumlah sapi potong di peternakan Klaten menempati peringkat ketujuh se-Jateng. Sedangkan jumlah kambing di Klaten menempati posisi ke-15 se-Jateng.

Baca Juga: Borong Saham WMUU, Direktur Widodo Makmur Keluarkan Rp85,20 Miliar

Ironinya, di balik jasa para petani dan peternak agar ketahanan pangan tetap terjaga, seabrek pekerjaan rumah pun masih banyak yang belum terselesaikan. Harga pupuk yang masih mahal, pengetahuan petani yang masih rendah akan good agriculture practice (GAP), hingga akses ke lembaga keuangan untuk modal petani mengembangkan usahanya belum dapat terjawab dengan baik.

Pemerintah sebenarnya telah menerjunkan sejumlah kebijakan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para petani. Namun, upaya tersebut juga masih belum maksimal saat ini.

Sehingga, upaya mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan masyarakat melalui petani sudah seyogyanya melibatkan banyak stakeholders atau pemangku kepentingan terkait agar upaya ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia dapat tercapai.

Program Desa Mandiri Sapi

Di Klaten, terdapat sebuah program Desa Mandiri Sapi (DMS) yang memberdayakan penduduk setempat, khususnya kalangan anak muda untuk menjadi peternak dan petani modern.

Upaya ini digadang-gadang dapat mendorong lebih banyak wirausahawan muda Klaten, sekaligus menjawab tantangan ketahanan dan kedaulatan pangan Tanah Air.

Program DMS merupakan sebuah program pemberdayaan masyarakat binaan PT Widodo Makmur Perkasa Tbk yang menerapkan pola kemitraan strategis di mana petani didorong menjadi wirausahawan dan menjadi bagian dari rantai produksi dan pemasaran perusahaan.

Upaya ini digadang-gadang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekaligus menjawab tantangan ketahanan pangan masyarakat.

Baca Juga: Selamat! CEO dan Founder WMP Resmi Jadi Ketua LPP PBNU

Sejak diluncurkan pada 2017, program DMS telah memiliki 1.000 peserta yang tersebar di Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan Klaten, Jawa Tengah. Program tersebut memungkinkan petani untuk mendapatkan pendampingan, tidak hanya dari sisi teknis peternakan, namun juga bisnis peternakan hulu mulai dari pengindukan sapi, penggemukan, perawatan, produksi pakan, pengolahan pakan, hingga pemasaran sapi.

Sebagai bagian dari ketahan pangan nasional, konsumsi protein merupakan asupan yang penting bagi masyarakat. Uniknya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat fenomena baru di masyarakat di mana konsumsi protein hewani seperti daging dan telur terus meningkat setiap tahun sebagai dampak dari meningkatnya kelas menengah di Indonesia.

Cattle Breeding & Partnership Manager PT Pasir Tengah, anak usaha PT Widodo Makmur Perkasa Tbk, Danny Adhi Pratomo, menjelaskan bahwa Program DMS berjalan menggunakan pola kemitraan strategis di mana perusahaan bertindak sebagai katalisator, sehingga kelompok petani dan peternak, di antaranya ada di Klaten, dapat terhubung dengan lembaga pembiayaan, khususnya akses ke Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Program DMS membentuk kelompok-kelompok tani yang terdiri atas 50 orang peternak dan 60 orang petani. Jumlah tersebut didasarkan pada kemampuan rata-rata ideal bagi setiap orang anggota kelompok untuk menjalankan tugas. Tugas mereka dibagi menjadi Mitra Breeding atau Indukan, Mitra Pembesaran, Mitra Penggemukan, Mitra Trading, Budidaya Pakan, dan Budidaya Jagung/Padi/Singkong’’, jelas Danny.

Danny menambahkan untuk memastikan program DMS berjalan baik, perusahaan—melalui Yayasan Kesatriaan Entrepreneur Indonesia (KEI)—memberikan pendampingan intensif kepada kelompok peternak muda. Mereka diberikan pelatihan dari sisi teknis pertanian dan peternakan, ruang melakukan uji coba, serta kepemimpinan dalam pengambilan keputusan serta menyelesaikan permasalahan.

‘’Bagi kami, petani dan peternak adalah garda terdepan untuk memastikan pasokan pangan—baik nabati maupun hewani—dapat berjalan dengan baik. Jika petani dan peternak tidak dilibatkan dari awal, maka rantai pasok pangan tanah air akan terganggu,” tambah Danny.

Baca Juga: Pembuktian Milenial di Widodo Makmur Perkasa

Danny menjelaskan upaya tersebut bukan hanya meningkatkan ekonomi masyarakat, namun sekaligus memastikan pasokan sumber protein masyarakat setempat tercukupi dengan baik.



Di tengah upaya menjaga kedaulatan pangan dan memakmurkan petani, tentu tak luput dari tantangan yang mendatang.

Dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa, akan tidak mudah bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam menjangkau dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Salah satu tantangan penting saat ini adalah mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya kedaulatan pangan bagi masa depan bangsa dan negara, khususnya anak muda sebagai generasi penerus bangsa. Hanya sebagian kecil masyarakat, khususnya para milenial, yang mau untuk berkontribusi dalam industri peternakan maupun pertanian.

Bagi mereka, industri kekinian seperti e-commerce dan teknologi lebih menarik minat mereka daripada membangun karir di industri pertanian dan peternakan.

Padahal, industri peternakan dan pertanian sendiri tidak kalah menarik untuk didalami, terutama inovasi anak muda dalam bidang teknologi seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligent (AI), maupun rekayasa peternakan yang akan mentransformasi industri ini kedepannya lebih modern.

Indonesia sendiri sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara yang berdaulat pangan. Dengan populasi dan penduduk usia muda yang besar, serta sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi untuk berdaulat pangan dan tidak bergantung dengan negara lain. Namun, hal tersebut dapat tercapai jika tantangan-tantangan yang ada dapat dikelola dengan baik dengan gotong-royong semua pihak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya