SOLOPOS.COM - Energi biogas di Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Rabu (20/7/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten menuju desa mandiri energi berkat pengolahan limbah kotoran sapi. Puluhan warga di desa yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Boyolali itu panen energi biogas.

Warga yang mengembangkan energi biogas tak lagi tergantung elpiji sebagai sumber bahan bakar rumah tangga. Mereka tak dirisaukan dengan harga elpiji, terutama nonsubsidi yang belakangan naik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengembangan biogas di Mundu bermula dari pendampingan yang dilakukan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta dan PT Tirta Investasi tahun 2013. Dari program percontohan pengembangan biogas tersebut, warga mulai tertarik membangun fasilitas biogas.

Warga membentuk kelompok arisan biogas. Arisan biogas menjadi ruang berbagi informasi pengembangan Biogas di Mundu. Arisan itu sekaligus menjadi tempat warga saling membantu membangun biodigester, fasilitas mengubah limbah organik menjadi biogas.

Kepala Desa (Kades) Mundu, Budiyanta, mengatakan Mundu merupakan salah satu sentra peternakan sapi di Klaten. Hampir di setiap rumah memiliki ternak sapi.

Baca Juga: PLTSa di Era Ekonomi Sirkular

Sebelum populer dimanfaatkan menjadi biogas, kotoran sapi hanya dimanfaatkan menjadi pupuk kandang. Tak jarang, kotoran sapi hanya dibuang, dimasukkan ke lubang-lubang tanah. Tak ayal, kondisi itu kerap menjadi sumber masalah ketika meluber.

Budiyanta menjelaskan awalnya pengembangan biogas melalui kelompok arisan. Secara berkala mereka menggelar pertemuan dan anggota arisan saling membantu membangun fasilitas biodigester.

“Sekitar 40 warga membangun biodigester melalui kelompok arisan,” kata Budiyanta saat ditemui Solopos.com di Desa Mundu, Rabu (20/7/2022).

Pemerintah desa juga menggelontorkan dana stimulan Rp4 juta per penerima untuk memperluas pengembangan biogas tahun 2021. Guna menggulirkan program tersebut, Pemdes menggandeng kelompok ternak yang memiliki tenaga ahli membangun fasilitas biodigester.

Baca Juga: Dari Kotoran Sapi Piaraan Sendiri, Warga Mundu Tulung Klaten Panen Biogas

Masing-masing penerima mendapatkan pendampingan dari kelompok untuk pembelian bahan baku hingga pembangunan. Tujuannya, agar bantuan yang disalurkan benar-benar digunakan membangun fasilitas pengembangan biogas.

Ada 10 lokasi atau rumah yang menerima bantuan stimulan pembangunan fasilitas pengolah kotoran sapi menjadi biogas. Rata-rata, kapasitas biodigester di masing-masing rumah itu 6 meter kubik hingga 8 meter kubik.

Pengembangan biogas mendapatkan dukungan dari pemerintah, mulai dari daerah hingga provinsi. Memasuki 2019, ada bantuan dari Pemprov Jawa Tengah untuk membangun fasilitas pengembangan biogas berkapasitas 20 meter kubik. Dari fasilitas itu, energi biogas bisa disalurkan ke enam rumah.

Ada empat lokasi biodigister komunal yang dibangun menggunakan dana bantuan dari Pemprov tahun 2021 dan 2022. Masing-masing biodigester memiliki kapasitas 12 meter kubik hingga 16 meter kubik dan bisa dimanfaatkan empat rumah.

Baca Juga: Jateng Terus Kembangkan Energi Baru dan Terbarukan

Pengembangan biogas bakal terus diperluas. Tahun ini, warga dan Pemerintah Desa (Pemdes) Mundu mengembangkan kandang sapi komunal didukung bantuan dari pemerintah. Kandang sapi yang dibangun pada lahan seluas 1.000 meter persegi itu ditargetkan mampu menampung 22 sapi.

Limbah berupa kotoran sapi ditargetkan bisa digunakan untuk biogas ke 20 rumah. Tak hanya bahan bakar rumah tangga, biogas yang dihasilkan dari kandang sapi komunal itu digadang-gadang bisa diubah menjadi sumber energi listrik untuk penerangan jalan umum.

Budiyanta mengatakan banyak manfaat yang dirasakan warga sejak mampu memanen energi biogas. Selain membuat lingkungan bersih, warga menghemat pengeluaran sumber bahan bakar rumah tangga dari sebelumnya tergantung pada elpiji.

“Ada yang sampai benar-benar tidak menggunakan tabung elpiji lagi sebagai kebutuhan bahan bakar rumah tangga,” ungkap dia.

Baca Juga: Paguyuban Sari Putih Klaten Olah Limbah Tahu Jadi Biogas

Salah satu fasilitas pengembangan biogas ada di rumah Ponimin, 51, warga Dukuh/Desa Mundu. Biodigester dibangun menggunakan cor beton dan berada di dalam tanah memiliki kapasitas sekitar 20 meter kubik.

Pembangunan biodigester itu berasal dari bantuan Pemprov sekitar tiga tahun lalu. Fasilitas biodigester itu kini dimanfaatkan enam keluarga termasuk di rumah Ponimin.

Ponimin mengatakan sumber biogas berasal dari kotoran sapi miliknya yang berjumlah delapan ekor. Dia menilai nyala api biogas lebih bagus dibandingkan menggunakan kompor elpiji. Ponimin menjelaskan dia tetap menyiapkan elpiji untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu energi biogas habis.



Ponimin mengaku sejak menggunakan energi biogas, pengeluaran rumah tangga semakin hemat, terutama untuk pembelian elpiji. Sebelum menggunakan biogas, Ponimin biasa membutuhkan hingga tiga tabung elpiji ukuran 3 kg per bulan. Sejak memanfaatkan biogas, belum tentu dia membeli elpiji dalam sebulan.

Baca Juga: Belasan Tahun Pasok Listrik ke OMAC, Begini Kondisi PLTMH Cokro Klaten

Selain menghemat pengeluaran rumah tangga, ampas dari pengolahan kotoran berpa bio-slurry bermanfaat untuk pertanian.

“Saya akui kotoran sisa dari pengolahan biogas itu sangat bagus untuk pertanian dan sudah saya terapkan sendiri di ladang sayuran saya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya