SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Sejumlah warga berlalu lalang di simpang tiga wilayah Cantel Wetan, Kelurahan Sragen Tengah, Sragen. Mereka tak acuh dengan bangkai tikus di teronggok di tengah jalan.

Ada tiga bangkai tikus di lokasi itu. Dua bangkai tikus hanya berjarak 1 meter satu sama lain. Bangkai pertama sudah pipih dan mengering karena terlindas banyak ban motor atau mobil.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bangkai satunya masih basah dan terlihat organ tubuh tikus yang juga pipih terlindas ban kendaraan. Sekitar 3 meter arah timur dari lokasi dua bangkai itu juga ada satu bangkai tikus yang masih relatif baru.

Sejumlah warga yang melintas dengan motor berhasil menghindari bangkai-bangkai tikus itu. Mereka tak menggubris keberadaan bangkai itu. Selain di Cantel Wetan, bangkai tikus juga ditemukan di simpang empat belakang Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen.

Bangkai itu juga sudah beberapa kali terlindas ban dan lokasinya berada di dekat warung makanan. Bangkai-bangkai itu sering kali ditemukan di jalan umum milik Pemkab Sragen bukan jalan-jalan kampung di wilayah perkotaan.

Suratmin, 60, juru parkir sepeda di depan Warung Makan Mbak Eni saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (4/3/2019), mengaku sampai frustrasi dengan perilaku warga yang membuang bangkai tikus di jalanan.

Setiap pagi ia mendapat pekerjaan tambahan untuk bersih-bersih di depan rumah milik warga yang memiliki usaha salon di Jl. Ade Irma Suryani Tlebengan, Sragen Tengah. Ia pun sering menemukan bangkai tikus di jalan saat menyapu pinggir jalan.

“Dua pekan terakhir ini saya sudah memunguti bangkai tikus di jalanan sampai 5-6 kali. Bangkai yang sudah tidak berbentuk tikus itu dimasukkan ke plastik dan diikat tali kencang lalu dibuang ke sampah agar terbawa ke tempat pembuangan akhir [TPA] sampah. Bangkai-bangkai itu memang dibuang orang. Kalau buang malam hari sehingga tidak ada yang tahu orangnya,” ujar Suratmin.

Bangkai tikus di jalanan itu, bagi Suratmin, mengganggu lingkungan, apalagi di jalanan yang dekat warung makan. Selain itu, saat ada hujan, Suratmin sering kali mencium bau amis dari bangkai tikus yang belum sempat diambilnya untuk dibuang. Lebih baik bangkai-bangkai itu dikubur bukan dibuang ke jalan.

“Sepertinya tikus itu mati setelah diracun lalu dibuang ke jalanan supaya terlindas kendaraan yang lewat. Kalau tikusnya yang lewat lalu tertabrak kendaraan rasanya kok enggak ya. Soalnya saya melihat kondisi tikus mati itu masih utuh. Kalau masih utuh kemungkinan diracun,” ujarnya.

Bakul tempe asal Pecing RT 004/RW 014, Sragen Tengah, Sragen, Suyanto, 55, menilai kebiasaan masyarakat membuang bangkai tikus di jalanan itu tidak benar karena mengganggu pengguna jalan. Suyanto sering memasang jebakan tikus dan sering mendapat tikus yang masuk jebakan karena sering makan tempe buatannya.

“Selama ini kalau ada tikus tidak saya buang ke jalanan tetapi saya kubur di tanah supaya tidak bau. Sebenarnya di perkumpulan RT pun sudah disinggung supaya tidak membuang bangkai tikus ke jalanan karena mengganggu kesehatan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya