JON KOPLO : Wedhuse Ucul

Kisah nyata ini dilakoni Jon Koplo setahun lalu, tepatnya ketika menjelang Idul Adha. Suatu sore, Jon Koplo yang berprofesi sebagai sopir truk di sebuah basecamp tempat pengolahan aspal di Sragen diutus juragannya, Lady Cempluk, untuk membelikan seekor kambing untuk kurban.

“Sing regi pinten, Bu?” tanya Koplo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sing rega murah, gedhe tur sehat,” jawab Cempluk sekenanya.

Kebetulan, paklik Jon Koplo memelihara kambing lumayan banyak. Koplo pun njujug ke rumah pakliknya, berangkat sendiri mengendarai truknya.

Setelah mendapatkan kambing yang lumayan besar, Koplo menaikkan kambing itu ke bak dump truknya dan langsung tancap gas. Maklum, kali ini muatannya ringan.

Sampai di kantor, Koplo menemui Lady Cempluk. “Bu, wedhuse pun angsal sesuai pesanan,” katanya sambil menyerahkan nota pembayaran.

“Hlo, kok murah men? Ngko gek cempe iki?” tanya Cempluk maido.

“We, mboten, Bu. Wedhuse ageng hlo, wong kula tumbas ten nggene paklik kula kok. Hambok mangga dipirsani. Nika lhe, taksih ten ndhuwur trek,” jawab Koplo.

Cempluk pun membuntuti Koplo menuju truk untuk melihat kambingnya. Tapi sesampai di truk, Koplo plingak-plinguk, “Hlo, endi wedhuse?!” tanyanya heran, karena tidak ada kambing di bak truknya.

“Wadhuh neng endi ya? Gek wae ten ndhuwur mriki niku,” Koplo kebingungan. Ia pun tanya teman-temannya, barangkali ada yang menurunkan, ternyata tidak ada.

Koplo pekewuh sama Lady Cempluk, apalagi orang se-basecamp mengerjainya. “Mengko gek wedhuse tok kanthongi, Plo?” ledek mereka.

Melihat wajah Koplo yang semakin pucat, akhirnya Cempluk merasa kasihan. “Ya wis Mas, nek wis ilang rasah digoleki. Nyoh, aku njaluk tulung meneh, tukokna wedhus sing murah, sehat, gedhe, tur ana wedhuse,” kata Cempluk bercanda.

Koplo pun berangkat lagi, kali ini mengajak temannya untuk nyekeli wedhus biar enggak ucul lagi.

Anik Fitriastutik P, Wirogunan RT 001/RW 005 Kartasura, Sukoharjo