Beberapa waktu yang lalu, Lady Cempluk agak galau karena sang kekasih tercinta, sebut saja Jon Koplo, sedang sakit. Untuk membuktikan cintanya, ia rela jauh-jauh dari kost-nya di Kartasura menjenguk ke tempat kost milik Mas Koplo di Mojosongo. Merasa malu kalau tidak bawa oleh-oleh, ia memutuskan untuk membeli buah-buahan di minimarket.
“Mahal sedikit nggak papa lah, buat Mas Pacar,” batinnya.
Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY
Cempluk pun terkejut ketika melihat dua buah apel dalam satu kemasan yang berharga Rp4.390 saja, padahal kalau beli di pasar harganya pasti bisa lebih dari itu. Dia pun langsung clemat-clemut mengambil sebanyak 4 kemasan dan 2 bungkus roti.
“Mumpung murah,” batinnya sambil senyam-senyum.
Sesampainya di kasir, dia mulai merasa janggal.
“Di timbang dulu ya, Mbak.” ujar penjaga kasir.
Cempluk sebenarnya merasa aneh, kan sudah ada harganya kenapa ndadak ditimbang. Tapi karena tidak tahu, ia hanya manthuk-manthuk saja.
“Totalnya Rp124.560, Mbak,” kata penjaga kasir.
Cempluk pun kaget bukan kepalang. Ternyata harga yang terpampang adalah harga per ons dari apel tersebut, bukan harga 1 kemasan. Cempluk pun langsung lemes di tempat. Karena malu mau mengembalikan, akhirnya ia mengambil uang jatah bayar kos untuk membayar oleh-oleh tersebut.
“Demi Mas Pacar sih, tapi kelakon diet tenan bulan depan,” gerutu Cempluk dalam hati.
Suci Permata Yunita, Mahasiswa IAIN Surakarta (sucipermata154@yahoo.co.id)