Kisah ini terjadi ketika Jon Koplo diminta membantu ibunya, sebut saja Lady Cempluk, mempersiapkan masakan untuk pertemuan muda-mudi di rumahnya malam nanti. Kebetulan hari itu Koplo menjadi tuan rumah rapat karang taruna sebuah kampung di Solo. Soal masak-memasak, Jon Koplo babar blas tidak menguasai, tapi berhubung ia yang punya gawe, ia pun perkewuh kalau tidak membantu kerepotan ibunya. Kalau cuma nggoreng tempe, baginya masalah kecil. Apalagi bumbunya telah dibuatkan ibunya. Koplo tinggal membuat adonan dengan mencampur bumbu dengan air dan tepung. “Ah, sambil merem saja bisa,” batinnya kemlinthi.
Namun masalah mulai muncul ketika Koplo menuang tepung ke air. Setiap dicampur dengan air, tepungnya malah larut. Begitulah seterusnya sampai ia menghabiskan separo dari tepung yang tersedia.
“Bu, ini tepungnya nggak berkualitas!” wadul Koplo.
“Memang kenapa?” tanya ibunya sambil menoleh ke arahnya.
“Nggak bisa dicampur dengan air,” jawab Koplo penasaran.
Melihat adonan yang dibuat anaknya, Cempluk geleng-geleng kepala. Ingin marah, tapi setengah ingin tertawa.
“Coba rasakna sik, Le!” Cempluk menyuruh Koplo menjilat tepungnya.
“Lho rasanya kok manis Bu?!”
“Wooo, kamu salah ambil. Itu bukan tepung tapi gula halus! Hambok kamu tuang semua ya bakal habis terus…!”
Koplo hanya mesam-mesem sambil kukur-kukur sirah.
Dimas Ade Kurniawan, Mahasiswa Universitas Tunas Pembangunan Solo
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi