Dari Terminal Tirtonadi, berangkatlah Koplo naik bus soroboyoan malam hari karena pelatihan akan diadakan esok paginya. Selama perjalanan Koplo memilih untuk tidur di dalam bus. Mungkin saking capeknya, setelah mbayar karcis Koplo pun langsung tidur nglempus.
Entah berapa lama Koplo tidur. Yang jelas tiba-tiba saja ia terbangun ketika kondektur bus berteriak,”Soroboyo… Suroboyo… Suroboyo…!!!”
Mak gregah, Koplo bangun saknalika. sambil kucek-kucek mata ia segera nyaut tas dan berjalan menuju pintu bus. “Kiri Pak!” teriaknya.
Begitu Koplo turun, bruuurrr… bus pun meninggalkannya. Koplo lalu tolah-toleh kebingungan. “Kok sepi?” batinnya.
Tak lama ia dihampiri seorang tukang becak, sebut saja Tom Gembus.
“Mangga, Mas, Mbecak mawon. Tindak pundi?”
“Niki Pak, alamate. Biyasane limang ewu!” kata Koplo sajak mudheng sambil membacakan alamatnya.
Tom Gembus malah kaget, lalu ketawa, “Eaalah, isok mati aku mbecak tekan Suroboyo. Apa maneh mung dibayar limang ewu.”
“Lho, piye ta?” tanya Koplo bingung.
“Mas, Suroboyo iku isik sak jam maneh ngebis seka kene…”
“Lha mau kondhekture kok wis bengak-bengok “Suroboyo-Suroboyo”?”
“Iku mau lagi nggolek penumpang Mas, buat diangkut ke Surabaya,” jelas Gembus. Koplo hanya bisa kukur-kukur kisinan, lalu nyegat bus berikutnya untuk meneruskan perjalanan.
Rianna Wati, Kadipiro RT 06/RW 04 Banjarsari, Solo