Setiap memasuki Bulan Agustus, Jon Koplo selalu teringat kisah konyol nan memalukan yang dialaminya beberapa tahun lalu. Waktu itu sebuah organisasi keagamaan yang diikutinya menggelar acara pembagian paket sembako bagi warga yang kurang mampu.
Untuk menjaga ketertiban, panitia telah membagikan girik kepada warga yang dianggap memenuhi kriteria. Girik itu harus dibawa untuk ditukarkan dengan paket sembako. Jon Koplo dan beberapa teman pemuda kebagian tugas melayani penukaran girik.
Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak
Pagi hari saat pelaksanaan, Koplo sudah mematut-matut di depan cermin, menyisir rambut dan berpakaian rapi untuk menarik perhatian Lady Cempluk, cewek yang ditaksirnya. Saat berpamitan, tiba-tiba Gendhuk Nicole, adiknya, nyeletuk, “Lho, Mas, kok nggak pakai seragam merah-putih? Kemarin pas rapat kan diumumin begitu, masa nggak dengar?”
Karena takut salah kostum dan mati gaya di hadapan Lady Cempluk, Koplo pun memutuskan untuk berganti pakaian. Setelah ngobrak-abrik seisi lemari, akhirnya Koplo menemukan baju merah dan celana putih yang lama tidak dipakainya. Demi memenuhi dress code dan demi kesan di hadapan Cempluk, Koplo memakai pakaian itu meski agak kekecilan. Setelah itu buru-buru meluncur ke TKP.
Sampai di sana, alangkah kagetnya Koplo melihat rekan-rekannya telah siap di posisi masing-masing. Lebih kaget lagi, ternyata hanya dia yang berpakaian merah-putih. Itu saja sudah ngampret. Keruan saja ia ditertawakan teman-temannya, termasuk Lady Cempluk. Bahkan ada salah satu teman yang menyindir, “Wah genderane siap dikerek ki, Cah!” selorohnya.
Koplo hanya bisa ngampet malu sambil muni-muni dalam hati karena telah dikerjai adiknya. Apes, maunya bergaya malah mati gaya.
Diah Wahyurini, Gedong RT 004/RW 010 Kadipiro, Banjarsari, Solo
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
