JON KOPLO: Selat Silet

Bagi mahasiswa perantauan, kalau sudah tanggal-tanggal plo adalah mahasiswa perantauan dari Purworejo, kalau sudah tanggal pertengahan biasanya mulai amat sangat ngirit, untuk menghindari dolan dan jajan maka dua mahasiswa tersebut pilih internetan gratis di kampus, dan gara-gara internetan gratis itulah Tom Gembus dan Jon Koplo ngiler ingin merasakan Selat Solo di daerah Serengan yang banyak dibicarakan para blogger, dan setelah dilihat harganya memang cukup murah hanya delapan ribuan, maka meluncurlah dengan segera Jon Koplo dan Tom Gembus dengan uang dua puluh ribu rupiah saja, asumsinya selat delapan ribu dan minum teh tawar dua ribu, agar lebih ngirit tidak kena parkir bahkan Jon Koplo dan Tom Gembus sengaja parkir agak jauh. Jon Koplo memesan selat galantine dan Tom Gembus memesan selat dengan telur pindang, plus dua teh tawar.

“Kok ra dipasang rego menu ya Plo?” tanya gembus curiga.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Setelah pesanan datang Jon Koplo dan Tom Gembus langsung main sikat, setelah mengelap mulut dan membayar ke kasir, glodakhkh langsung gundam-gundam, dua porsi selat dan teh tawar kok tiga puluh ribu. “Kok iso mbak? Satu porsi selat cuma delapan ribu!” protes Koplo.

“Satu porsi selat delapan ribu itu baru selat sayurnya mas, kalau pakai galantine nambah lima ribu, pakai telur pindang nambah empat ribu, teh tawar atau manis harganya sama, dua ribu lima ratus total semua tiga puluh ribu.”

Terpaksa Gembus ditahan di warung selat sementara Jon Koplo pulang dulu ke kos nyari pinjaman uang. “Wah Plo Selat Solo rasane nyilet-nyilet dompet karo perasaan, ngertio nang hik wae,” Gembus gelo banget karena terpaksa merasakan ditahan di warung selat hehehe.

Sari Puspita Dewi, RT 03/RW I Pengging, Banyudono, Boyolali 57373