SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

30ahtenaneKisah nyata ini dialami Jon Koplo, karyawan di Solo yang sering ditugaskan ke Semarang. Basanya Koplo berangkat dari Terminal Tirtonadi, lalu siang atau sore baru kembali ke Solo.

Saat itu Jon Koplo berniat pulang ke Solo. Dari terminal Mangkang, ia naik bus jurusan Solo. Menjelang keluar Semarang ternyata penumpang bus hanya sedikit.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Kondektur Tom Gembus mulai menarik ongkos. Koplo ngelungke uang seratusan ribu. Kontan Gembus menolak. “Pakai uang kecil saja, Mas. Saya belum punya kembalian.”

“Saya enggak punya uang kecil itu, Mas,” jawab Koplo.

Karena Gembus belum punya uang jujul, akhirnya uang kembalian itu ditulis di sebalik karcis, Rp80.000. Bus pun melaju. Tapi hingga Salatiga ternyata penumpang yang naik bus itu tidak banyak.

Sampai di Ampel, Koplo meminta uang kembalian pada Gembus. “Mas, saya minta uang kembalian,” Koplo menagih.

“Wah, maaf, belum punya itu, Mas, Ini tadi penumpangnya sedikit, dan ndilalah-nya semua mbayar pakai uang besar semua,” jawab Gembus.

Jon Koplo pun kembali duduk manis. Hingga akhirnya bus hampir memasuki perempatan Manahan, saat Koplo berniat akan turun, “Mas, susukku endi?” ujar Koplo sajak kemrungsung. Lagi-lagi Gembus menjawab. “Nanti

saja di terminal, Mas, bisa tukar uang dangan teman saya,” jawab Gembus santai.

Lho, piye ta? Saya ini mau turun di Manahan,” protes Koplo.

Keduanya pun berdebat. Jon Koplo akhirnya pilih mengalah ikut bus ke Terminal Tirtonadi. “Wis ra papa, tinimbang kelangan wolung puluh ewu,” gumam Koplo sambil membayangkan nanti ngeluk-aluk mbalik lagi ke Manahan.

 

Krisnanda Theo Primaditya, RT 004/RW 019 No. 15 B, Mojosongo, Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya