Cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini sangat menyusahkan Mbah Cempluk. Kalau ada rintik-rintik hujan, dia langsung bergegas mengambil pakaian yang dijemur di sebelah barat, milik anak ketiga, jemuran sebelah utara milik anak kedua, dan jemuran sebelah selatan milik anak pertamanya. Jadi ia harus pontang-panting ketika terdengar gerimis.
Ketika sudah diambil semua jemurannya, eee… semburat matahari pun bersinar lagi. Terpaksa ia menjemur pakaian itu lagi agar cepat kering.
Namun setelah dijereng jemurannya, ndilalah gerimis lagi. Hampir tiga kali Mbah Cempluk bolak-balik. Kemudian, panas lagi. Nah, kali ini Mbah Cempluk benar-benar kecolongan. Sehabis menjemur, badannya terasa sangat lelah. Ia merebahkan badan di kasur sambil ngomel, “Ben, wis ra arep mulung. Kawit mau kok ngapusi. Wis kudanan ya ben. Ora nggagas!” Ia pun tertidur.
Tak lama berselang, ndilalah hujan turun dengan deras.
“Mbah-Mbah…! Udaaan!” teriak Gendhuk Nicole, cucunya yang dari baru saja pulang sekolah.
Mak jegagik, Mbah Cempluk langsung meloncat dari amben, berlari mulungi jemuran yang sudah agak kering malah jadi basah lagi.
Sholikah, IAIN Surakarta, Ngaglik RT 014/RW 003 Sambon, Banyudono, Boyolali