JON KOPLO: Dikira Pembokat

Sebagai orang baru di Jakarta, setiap liburan akhir pekan Lady Cempluk dolan ke rumah saudara sepupunya, Tom Gembus, yang berdomisili di daerah Jakarta Timur. Maklum, Cempluk tidak punya saudara selain Tom Gembus. Ndilalah hari itu Tom Gembus ada undangan resepsi pernikahan rekan sejawatnya. Karena harus njagong bersama istrinya, Cempluk yang sedang berkunjung itu dimintai bantuan untuk menjaga kedua anaknya yang seusia anak SD dan masih balita itu. Kebetulan waktu itu pembantu Gembus sedang pulang kampung, sehingga tidak ada orang lain yang bisa dimintai tolong untuk momong kedua anaknya.

“Nitip anak-anak ya, Pluk,” pinta Tom Gembus. Sebagai sepupu yang baik Cempluk pun mengiyakan.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Tak lama setelah Tom Gembus dan istrinya pergi, kedua anak Gembus merengek ingin bermain ke rumah tetangganya. Karena tak kuasa menolak, Cempluk pun terpaksa ngetutke kedua anak Gembus bermain ke tetangga belakang rumah.

Dengan berjalan kaki, sampailah Cempluk ke rumah tersebut. Kedua anak Gembus kemudian langsung masuk ke rumah itu meninggalkan Cempluk sendirian di luar. Dari dalam, sang pemilik rumah, sebut saja Jon Koplo, keluar mendekati Cempluk.

“Sini, Mbak. Masuk sini!” kata Koplo sok grapyak.

“Terima kasih Pak, saya tunggu di sini saja,” jawab Cempluk sajak lugu dengan penuh hormat.

Tiba-tiba tanpa tedheng aling-aling, Jon Koplo bertanya, “Mbaknya  pembantu Pak Gembus yang baru ya?”

Mak prempeng, wajah Cempluk berubah saknalika. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain berusaha menahan emosi. Akhirnya Cempluk hanya mengangguk sambil tersenyum kecut. Ia cuma bisa mbatin, “Kurang asem-i! Memang mukaku mirip muka pembokat…?”

Rahmi Nuraini, Desa Parenggan RT 04/RW 01 No 218 A Pati