Ah-tenane
Sabtu, 14 Juli 2012 - 08:04 WIB

JON KOPLO: Dikira Dhemit

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Berdandan dan berbusana layaknya perempuan metropolitan, tapi malah dikira dhemit. Inilah nasib Lady Cempluk, seorang perempuan pengusaha asal Sukoharjo.

Ceritanya, Lady Cempluk tengah berkeliling wilayah pedesaan mencari lahan untuk dijadikan lokasi pabriknya. Di sebuah tempat yang cukup sepi di tengah area persawahan, kebetulan ada sebuah bangunan gudang besar yang terlihat kosong tanpa aktivitas. “Wah, kayaknya bagus, nih,” pikir Cempluk.

Advertisement

Lady Cempluk pun turun dari mobilnya dan masuk ke halaman gudang itu sambil celingukan mencari orang untuk ditanyai. Meski siang hari, tempat itu betul-betul sepi.Di pos penjagaan, dilihatnya ada kelebatan orang di dalam. Lady Cempluk pun memanggil-manggil. “Maaas, maaas, kula nuwuuun!” serunya.

Dari dalam pos itu keluarlah seorang pemuda, sebut saja namanya Jon Koplo. Tapi Jon Koplo sama sekali tidak menyambut sapaan Lady Cempluk. Sebaliknya dia justru terlihat kaget dan terbelalak melihat Cempluk yang kebetulan bersosok jangkung dengan rambut panjang tergerai, berkaca mata hitam dan bersepatu hak tinggi. Sejurus kemudian, Jon Koplo malah berteriak-teriak panik. “Whuadhuh, tenanan ora iki…. Tenanan ora iki!” jeritnya sambil lari nggenjrit.

Melihat reaksi Jon Koplo, Lady Cempluk langsung sadar, pemuda itu pasti mengiranya hantu. Cempluk pun mencoba mengejar untuk menenangkan Koplo. “Mas, iki aku wong tenanan, dudu dhemit. Aku mung arep takon!” teriaknya. Tapi Koplo justru lari makin kencang sambil memanggil temannya. Akhirnya teman Koplo, Tom Gembus, datang. “Ana apa, Le?” tanyanya. Koplo yang sudah wel-welan tak segera menjawab, namun Gembus segera maklum setelah melihat Lady Cempluk.

Advertisement

Akhirnya setelah Lady Cempluk menjelaskan maksud kedatangannya, semua urusan beres. Saat kembali ke mobilnya, Lady Cempluk pun tertawa sendiri meski bercampur sedikit rasa anyel. “Asem tenan, dandan ayu ngene kok malah dikira dhemit,” gumamnya sambil pringisan dhewe.

Elwina Sasangka, RT004 RW 001, Gentan, Baki, Sukoharjo

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci : Dhemit Dikira
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif