Koplo tampak bangga dengan baju batik yang ia kenakannya. Sambil senyam-senyum sendiri ia mingar-minger mematut diri di depan kaca. Tak lupa minyak wangi di-kecrut-kan di sekujur tubuh agar lebih memikat. Setelah merasa oke, Koplo pun berangkat.
Dengan langkah PD, Koplo menyalami para among tamu, mengisi buku tamu, memasukkan amplop sumbangan, kemudian masuk mencari tempat duduk Nicole. Ndilalah ketemu. Koplo pun dengan bangganya duduk di samping gebetan hatinya.
Setelah acara srah-srahan manten, giliran para sinoman keluar untuk menyajikan hidangan. Tapi tak disangka dan tak dinyana, betapa kagetnya Koplo melihat barisan sinoman pembawa nampan berisi snack itu memakai baju seragam batik persis plek dengan baju batik yang dipakainya. Horok!
“Asem-ik, klambiku kembar karo sinoman!” pekiknya dalam hati.
Koplo tampak lingak-linguk kebingungan seakan ingin melarikan diri, namun ia tidak enak meninggalkan Gendhuk Nicole sendirian. Akhirnya ia memilih cuek meskipun harus menahan malu di hadapan tamu undangan lain.
Alhasil, selama njagong, Koplo tak bisa tenang karena setiap kali hidangan dikeluarkan oleh sinoman, ada saja suara-suara pating cekikik dari orang-orang di sekelilingnya.
Eko Pri Maryanto, Manang RT 02/RW 02 Grogol, Sukoharjo