SOLOPOS.COM - Jokowi-Prabowo (news.liputan6.com)

Solopos.com, JAKARTA — Menjelang Pemilu 9 Juli 2014, tingkat popularitas dan kesukaan masyarakat terhadap dua capres, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, menjadi sama kuat. Hal ini tak lepas dari berbagai kampanye hitam yang ditujukan kepada Jokowi.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan, mengatakan tren kesukaan masyarakat terhadap capres Jokowi sampai bulan April menurun 8%, sementara tingkat kesukaan masyarakat terhadap Prabowo malah meningkat 8%. Sehingga, tingkat kesukaan masyarakat terhadap dua capres kini hanya terpaut 3% saja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Jika dirasiokan, antara 10 orang yang suka Jokowi hanya 0,5 yang tidak suka, sekarang jadi 1.5 orang yang tidak suka Jokowi. Maka, ada sesuatu yang bekerja selama sebulan ini sehingga masyarakat menjadi tidak suka dengan Jokowi,”katanya dalam suatu acara diskusi, di Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Menurutnya, isu kampanye hitam yang kerap dituduhkan pada Jokowi membuat tingkat kesukaan masyarakat keduanya kini setara. “Selama ini orang berpersepsi Jokowi selalu baik, jadi ketika banyak kampanye hitam tentangnya mempengaruhi brand personality dia sampai membuat orang memutuskan jadi tidak suka Jokowi,” katanya.

Sementara itu, Prabowo Subianto malah menanjak karena brand personality dia yang selama ini dikenal keras, dikemas dengan visinya untuk meminimalisir kuasa asing dalam perekonomian Indonesia. “Maka belakangan ini, tren Prabowo naik karena membentuk brand personality Prabowo makin tegas dan mementingkan orang Indonesia,”katanya.

Pada bulan sebelumnya, Jokowi sempat unggul 20% diatas Prabowo dalam tingkat kesukaan masyarakat menurut survei SMRC, sebelum kini hanya terpaut 3% saja. Adapun, menurutnya tingkat kesukaan dan tingkat popularitas sangat berpengaruh dalam menaikkan elektabilitas tiap capres.

Menurut data SMRC, kedua capres ini memiliki tingkat popularitas yang juga berimbang. “Pekerjaan rumah konsultan politik adalah dengan menkonversikan kedua faktor ini guna meningkatkan elektabilitas, sehingga keduanya dapat dipilih oleh masyarakat Indonesia pada pilpres mendatang,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya