SOLOPOS.COM - Ilustrasi/JIBI/Kabar24

Ilustrasi/JIBI/Kabar24

SOLO–Kamus ciyus miapah semakin berkembang. Belakangan muncul kata-kata baru yang diadopsi dari perkembangan terbaru di masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti penggunaan kata wow  pun sering disandingnya dengan kalimat terus gue harus bilang wow gitu. Hingga akhirnya nama Gubernur DKI Jakarta Jokowi diplesetkan menjadi Jokowow.

Kata Jokowow ini tak lain sebagai pujian yang disematkan bagi mantan walikota Solo tersebut, dari kata Jokowi (memang) wow maka jadilah Jokowow.

Penggunaan kata Jokowow ini makin sering ditemui. Salah satunya saat Jokowi blusukan kampong di Kampung Melayu, pecan lalu. Di sana, warga kampong meneriakkan yel-yel Jokowow.

Kata Jokowow merupakan bentuk kreativitas bahasa. Kreativitas berbahasa, yang tentu terkesan “mengganggu” para penganut paham berbahasa baku itu bisa jadi sesekali pernah pula Anda lakukan.

Terlepas dari itu, kreativitas itu bisa saja muncul karena para remaja bosan dengan bahasa tutur  —melalui SMS atau Media Sosial—yang begitu-begitu saja.

Motif ingin memproduksi kode dan model konektivitas tersendiri antar sesama mereka bisa jadi salah satu alas an lainnya.

Maka mulailah mereka melakukan “eksperimen” dengan mengutak-atik isi pesan mereka. Inilah lima di antaranya.

1. Menggunakan Kombinasi Besar-Kecil Huruf

Jenuh dengan teks yang rata saja, akhirnya remaja waktu itu mengkombinasikan besar-kecil huruf dengan sembarang.  Tidak ada ketentuan khusus, asal menarik di pandang mata saja. Misalnya, “haRi iNi sAyA akAn Di rUmaH saJa”.

2. Mengganti Huruf dengan Angka Tertentu

Tidak cukup hanya dengan memvariasikan ukuran huruf dalam isi pesannya, kemudian mereka menyubtitusi huruf dengan angka yang terlihat mirip seperti huruf semestinya. Seperti, “k4lau b39itu 5ay4 1kut s47a” untuk “kalau begitu saya ikut saja”.

Atau kadang remaja ini mengombinasikan ukuran huruf dengan penyubtitusian huruf dengan angka. Seperti, “b3sOk k1tA aK4n pEr9i kE p3sTa nY4? untuk “besok kita akan pergi ke pestanya”.

Bahkan, penyebutan angka yang bisa mengganti sebagian suku kata pun jeli dipergunakan. Misal, “kes4an, 5kasih, 5aku, dan se7? untuk “kesempatan, makasih, ma (sama) aku,dan setuju”.

3. Memangkas Huruf Vokal Serta Spasi

Merasa terlalu lama untuk mengetik seluruh huruf dalam suatu kata dengan lengkap, mereka mulai mencoba memersingkat tulisannya. Maka hasil penghematan tersebut seperti, ”ak akn k rmh km nnt mlm, jd jgn kmn2? atau “akuakankerumahkamunantimalam,jadijangankemanamana”

4. Berbicara Seolah-olah Balita dengan Susunan Huruf yang Rumit

Mungkin karena hasrat “gaul” mereka kurang terlampiaskan dengan menyingkat kata, mereka kembali memanjangkan lengkap, bahkan lebih dari lengkap. Bagi sebagian orang mungkin cara penulisan ini bisa membuat “merinding”. Contoh, “adooch ka2k aqkuwh, cemungudh eaa ckulna, janan mpe boyos eaa” untuk “aduk kakakku, semangat ya sekolahnya,jangan sampai bolos ya”.

Cukup membuat merinding kan?

5. Menggunakan Kata atau Kalimat Permintaan Konfirmasi

Setelah itu, antara besar-kecil huruf, penggunaan angka, bahkan logat kekanak-kanakan sudah tidak diperdebatkan lebih jauh. Frasa-frasa pernyataan lah yang kemudian populer. Misalnya, “so what gitu lho?!” atau “terus gue harus bilang wow?!”. Bahkan “ciyus?!” dan “miapah?!” walaupun berlogat kekanakkan, tetap meminta konfirmasi kan?

Walaupun kadang membingungkan, semua fenomena di atas pernah meramaikan isi SMS atau pesan di e-mail kita, termasuk istilah Jokowow.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya