SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Suto merasa kian betah menjadi warga Jogja. Bagaimana tidak, setiap pekan ada saja kejadian-kejadian menarik, meski kadang juga menjengkelkan, yang muncul di kota ini.

“Lha piye Dhe, soal lapen belum tuntas, muncul tawuran suporter bal-balan dan polisi.. Ini belum rampung, ada lagi kabar orang pengin jadi profesor tapi kok njiplak,”ujarnya sambil ngganyemi pisang goreng di angkringan Pakdhe Harjo. Saat itu hujan gerimis sedang menyirami kota..

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

“Lha jenenge kan kota dinamis To… jadi tidak membosankan kotanya…he…he..,”celetuk Lik Jarwo cengengesan…

“Bener Lik.. Itu yang membuat aku semakin betah tinggal di Jogja…tambah lucu kuthane… Lha ya, mosok ya pengin jadi profesor kok ya pakai acara njiplak segala,”ujar Suto. Apalagi, lanjut Suto, yang dijiplak ternyata skripsi mahasiswa S-1. “Nah, kan tambah lucu tho…Masak kebo nyusu gudel..”

“Mesti calon profesor itu selerane makan Indomie..,”kata Mas Di, guru SMA yang tinggal dekat rumah Suto.

“Kok bisa Mas ? Piye nalare kok seneng mie,”tanya Lik Jarwo.
“Lha buktine seneng main sing instan, pengin cepet dadi profesor, kayak nek pengin cepet mangan mie kan makan Indomie saja…,”jelas Mas Di…Ha..ha..ha..

Lik Jarwo ikutan mesem. Hampir tigapuluh tahun lalu, dia drop-out kuliah di Kampus UGM karena tidak bisa mengikuti sejumlah mata kuliah yang dianggapnya sangat sulit. Dirinya tidak mampu menyerap aneka bahan kuliah yang sulit-sulit yang diberikan oleh para dosennya, sebagian bahkan bergelar guru besar alias profesor. Jadi, dalam benaknya, orang yang bergelar profesor pasti orang yang linuwih. “Harusnya kan mau jadi profesor mesti orang pinter..kok dia sampai njiplak skripsine mahasiswa? Terus kenapa sampai pada nekat begitu?”.

“Lha itu karena pemerintah begitu baik hati pengin mensejahterakan tenaga pendidik kayak guru, dosen dan profesor..”jelas Mas Di.
Nah, karena profesi guru dan dosen begitu mulia, lanjut Mas Di, maka pemerintah pun memberikan tunjangan tambahan. Alasannya, biar mereka lebih fokus mengajar tanpa perlu harus memikirkan mencari pendapatan sampingan. ”Jenenge tunjangan profesi…nilainya satu kali gaji pokok… Nah, nek jadi guru besar atau propesor itu, tambah jadi dua kali lipat…”

“Walahhh…jaann…. Puenakk banget ya dadi profesor..Gajinya tiga kali lipat..,”ujar Suto…

“Jadi karena iming-iming gaji tiga kali lipat itu, dosen-dosen berlomba ngejar jadi profesor Mas?” tanya Lik Jarwo.

“He…he…Mungkin Lik.. Lha piye, guru seperti aku belum dapat tunjangan profesi, karena belum lulus sertifikasi..Untuk dapat sertifikasi harus ujian dulu, nek wis profesor, ra perlu ujian, langsung otomatis dapat tunjangan itu..,”jelas Mas Di.

“Wooo, makane da balapan dadi profesor nek ngana ya…”celetuk Pakde Harjo sembari  menjerang air.

Mas Di menambahkan, syarat mendapat gelar guru besar tidak mudah. Seorang dosen yang ingin menjadi guru besar atau profesor harus sudah menulis buku, membuat karya ilmiah atau artikel serta menyebarkan gagasan kepada masyarakat.

“Nah, persoalane nulis buku atau membuat karya ilmiah ki ya ra gampang… Butuh mikir, butuh wektu suwe, butuh duit ra sithik… Jadi, nek calon profesor duwe mental mie instan, ya jiplak wae skripsi atau tulisan orang lain.”

“Ya urik nek kuwi ya.. Bayanganku ki profesor pinter-pinter, berhati mulia biar bisa jadi panutan mahasiswa… Lha jenenge we guru besar…,”Lik Jarwo ndremimil, teringat saat diberi kuliah oleh profesor tua yang nampak arif dan bijaksana..

“Tapi paling tidak calon profesor njiplak itu sudah menyebarkan gagasan ke masyarakat lho,”kata Suto…”Gagasan njiplak…”.

“Walahh…nek ngono carane mending dadi bakul angkringan. Kalau jadi profesor penggagas jiplakan, ya mesakke Yati Pesek po Kelik Pelipur Lara… ketambahan saingan,”Pakdhe Harjo ikutan bersuara.
“Bener Dhe.. Nek profesor njiplak skripsi mahasiswa…terus mahasiswane jadi seperti apa? Apa ya melu njiplak cah SMA? Nek ngene po Jogja ra tambah lucu..?,”tanya Lik Jarwo..

Oleh Y. Bayu Widagdo
Wartawan Harian Jogja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya