SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Kota Jogja makin akrab dengan antrean panjang kendaraan di setiap traffic light di penjuru kota. Tidak mengherankan, karena jumlah kendaraan bermotor sudah tidak sebanding lagi dengan panjang ruas jalan yang ada. Bahkan jika dijejer, panjang kendaraan bermotor itu dua atau tiga kali lipat jalan aspal di Jogja! Lalu bagaimana wajah Jogja 10 tahun lagi?

“Sepuluh tahun lagi jumlah kendaraan akan meningkat dua setengah kali lipat dari yang ada sekarang,” kata Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Heru Sutomo, kepada Harian Jogja, Jumat (5/8).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai gambaran setiap bulannya dealer mobil di Jogja menjual sekitar 800-900 mobil dan dealer sepeda motor melempar produk ke konsumen sebanyak 8.000 unit. Sedangkan pada 2008 di Jogja sudah ada 275.590 unit kendaraan di jalanan.

Heru menyebutkan, perhitungan ini berasal dari asumsi, kenaikan jumlah kendaraan meningkat dua kali lipat setiap tujuh tahun sekali.

Dampak negatif yang akan menimpa masyarakat, sambung dia, keruwetan dan kemacetan lalu lintas. “Tidak hanya di kawasan Malioboro, namun dapat melanda seluruh ruas jalan di kota Jogja,” tandasnya kepada Harian Jogja, Jumat (5/8).

Menurutnya, Jogja didesain bukan untuk menjadi kota besar, sehingga penataan kota diperuntukkan bagi orang yang datang. Namun, pada kenyataannya, kedatangan orang selalu diikuti dengan pertambahan jumlah kendaraan. Heru menilai, untuk menampung orang kawasan Malioboro dapat berisi 500.000 hingga 750.000 orang, akan tetapi daya tampung jumlah kendaraan hanya sekitar 2.000-an mobil.

Susun tatralok
Untuk mengatasi permasalahan bidang transportasi itu Dinas Perhubungan Kota Jogja sedang menyusun Tataran Transportasi Wilayah Lokal (Tatralok). Di dalam Tatralog akan dijabarkan berbagai macam permasalahan, prediksi hingga solusi pemecahannya.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Jogja melalui Kepala Bidang Perparkiran, Purnomo Rahardjo mengatakan, kemacetan arus lalu lintas adalah permasalahan klasik yang terjadi si kota-kota besar. Tentunya, pihaknya tetap melakukan antisipasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. “ Ini adalah permasalahan nasional bahkan internasional,” ucapnya.

Dikatakannya, antisipasi jangka pendek, pihaknya melakukan optimalisasi manajemen lalu lintas seperti pengelolaan time scheduel traffic. Alat tersebut akan diatur sesuai dengan kondisi misalnya antara siang dan malam akan berbeda.

Selain itu, beberapa Tempat Khusus Parkir (TKP) di sekitar kawasan Malioboro akan dioptimalkan. Ada beberapa TKP yakni Abu Bakar Ali, Pasar Beringharjo sisi selatan dan Taman Ngabean. Sehingga, kendaraan bermotor milik wisatawan dapat tertampung dan arus lalu lintas yang menuju Jalan Malioboro akan lancar.

“ Antisipasi jangka pendeknya dengan pengelolaan parkir yang menuju jalan-jalan protokol seperti Ngabean dan Abu Bakar Ali,” ucapnya.

Sementara, antisipasi jangka panjang, pihaknya akan mengoptimalkan adanya pengoperasian armada Trans Jogja. Pasalnya, dengan adanya Trans Jogja maka diharapkan masyarakat Jogja tidak memakai kendaraan pribadinya. Saat ini, diwacanakan ada penambahan beberapa shelter Trans Jogja untuk meningkatkan pelayanan penumpang.

Grand design-nya, lanjut Purnomo, saat ini sedang disusun Tatralok yang berisi penjabaran berbagai permasalahan di bidang transportasi. Tatralok akan digunakan untuk 15 hingga 20 tahun yang akan mendatang. Kemungkinan, penyusunan Tatralok akan selesai pada tahun 2012 karena terbatasnya anggaran.

“Manajemen transportasi perkotaan ada di Tatralok, jadi seluruh permasalahan dan pemetaan transportasi ada di dalam Tatralok itu,” katanya.

Saat ini, jumlah kendaraan bermotor di Kota Jogja selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Kendaraan roda empat mengalami peningkatan sekitar 5%/tahun. Sementara, kendaraan roda dua mengalami peningkatan sekitar 20%.

Sementara, Kasat Lantas Polresta Jogja mengatakan Kompol Bambang Sukmo Wibowo, menjelaskan bahwa pihaknya akan selalu berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan Kota Jogjakarta untuk mengatur arus lalu lintas. Diakuinya, kawasan Malioboro sering terjadi kemacetan arus lalu lintas khususnya saat masa liburan.

Maka dari itu, pihaknya memerlukan bantuan seluruh komponen termasuk masyarakat dalam mengatur arus lalu lintas. Pihaknya juga menerapkan sistem buka tutup di kawasan Malioboro apabila terjadi kemacetan arus lalu lintas yang memuncak. “ Memang kalau kawasan Malioboro sering terjadi kemacetan lalu lintas khususnya pada musim liburan, kita akan koordinasi selalu dengan instansi terkait,” tandasnya.

Berdasarkan data, jumlah kendaraan bermotor terbanyak di wilayah DY terdapat di Kota Jogja yakni 275.590 unit pada 2008. Padahal, panjang jalan di Kota Jogja hanya sekitar 224,86 kilometer. Jika panjang kendaraan itu rata-rata dihitung 2 meter saja, maka panjangnya lebih dari dua kali lipat dari panjang jalan.

Tidak heran, permasalahan trasportasi yang tercermin dalam kemacetan arus lalu lintas belum dapat diatasi secara maksimal!(Harian Jogja/Devi Krismawati, Switzy Sabandar & Bony Eko Wicaksono)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya