SOLOPOS.COM - AKSI TOLERANSI BERAGAMA

Jogja Istimewa juga harus sarat toleransi

Harianjogja.com, JOGJA – Sejumlah tokoh masyarakat dan agama menegaskan komitmennya untuk mewujudkan Jogja istimewa lewat semangat pluralisme dan penuh toleransi. Mereka menyatakan keistimewaan Jogja harus menyentuh di semua lini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Ma’arif mengungkapkan, konteks keistimewaan keistimewaan jangan sampai hanya sebatas simbol saja.

“Jangan hanya istimewa secara undang-undang, dan dana istimewa saja. Tapi istimewa itu harus menyeluruh di segala lini. Menjunjung tinggi kebhinekaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Cendekiawan Lintas Budaya dan Agama di Asri Medical Centre (AMC), Sabtu (19/2/2017).

Mantan Ketua PP Muhammadiyah itu mengamati kesenjangan sosial ekonomi di DIY masih sangat tinggi. Dia meyakini tingginya kesenjangan tersebut menjadi ancaman keberagaman masyarakat di wilayah DIY.

Dalam kesempatan serupa ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) DIY Hery Zudiaanto menyayangkan semakin lunturnya semangat toleransi di tengah keberagaman masyarakat Jogja saat ini.

“Sejak 2008 sudah dibicarakan tentang city of toleran. Tapi semakin ke sini semangat itu kian luntur.  Budaya tepo seliro dan trisno jalanan sko kulino sudah luntur,” papar mantan Walikota Jogja peride 2001-2011 ini.

HZ, demikian, dia akrab disapa, membeberkan pengalaman berharga yang pernah dia alami berkaitan dengan semangat toleransi lintas agama. Pengalaman itu ketika dia masih menjabat sebagai walikota dan membuat program pertukaran pelajar.

Saat itu, kenang dia, ada salah satu siswa SMA Bopkri 2 Jogja yang diberangkatkan ke bengkulu untuk ikut program pertukaran pelajar.

“Nama anaknya Vita. Nah, di Bengkulu itu si Vita ini entah karena apa malah dititipkan di keluarga muslim. Padahal dia beragama Islam,” kenangnya.

Hal ini ternyata justru berdampak positif. Pelajar ini mengambil intisari positif dari ketekunan beribadah yang dia lihat tiap hari di keluarga muslim itu. Kegiatan salat berjamaah, tadarus usai Maghrib dan pengajian dia ambil sisi positifnya. Padahal di anak ketika di Jogja jarang sekali ke gereja.

“Ketekunan beribadah keluarga muslim di Bengkulu ternyata membuka mata hati si anak. Dia juga harus semakin mendekatkan diri pada Tuhan, sesuai agama dan keyakinannya. Tentu saja ini pelajaran berharga tentang nilai toleransi beragama dari seorang remaja yang masih SMA,” jelas dia.

Dari situ akhirnya siswa SMA tersebut  bisa bicara perbedaan itu bisa jadi pelangi yang indah. Hery lantas mengungkapkan, sebagai Indonesia mini Jogja sudah lama menerima perbedaan.Masalah Kualitas Pendidikan

Dalam diskusi itu juga menghadirkan Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Johannes Eka Priyatma. Dalam keterangannya, Johannes mengungkapkkan, keistimewaan Jogja salah satunya adaah berkembangnya sikap dan tindakan yang toleran.

Menurut Johannes, masalah toleransi muncul karena dua sebab utama, yakni kesenjangan dan kualitas pemdidikan masyarakat.

“Ada banyak kesenjangan yang semakin hari semakin melebar dan meluas,” jelas dia.

Sementara kualitas pendidikan menjadi sebab kedua karena pendidikan yang baik akan membawa masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran untuk mewujudkan sistem adil dan beradab saling mengakui serta menghargai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya