SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Aliran banjir di sungai Code, Cokrodirjan, Yogyakarta, Rabu (22/04/2015) malam. Banjir menggenangi hampir di seluruh kampung di bantaran sungai Code di Yogyakarta.

Jogja banjir di Kali Winongo mengejutkan banyak pihak karena di luar dugaan

Harianjogja.com, JOGJA — Terjadinya luapan air di Winongo dan Code diakui diluar perkiraan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY. Mereka pun berencana memperbaiki ulang sistem penanggulangan bencana yang ada saat ini.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Manajer Pusat Pengendalian dan Operasional BPBD DIY Danang Samsurizal mengatakan pihaknya kaget dengan terjadinya musibah banjir kemarin. Pasalnya berdasarkan data terakhir  tentang perhitungan luas daerah tangkapan air dan curah hujan banjir mestinya tak terjadi.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saatnya kami berhitung lagi, tapi itu nanti akan menjadi tugas dari teman-teman Dinas Pekerjaan Umum untuk ngecek. Kami ngurusi saja bagaimana agar bila ada peristiwa tak ada korban,” kata Danang.

Sampai saat ini, pemetaan untuk wilayah rawan banjir di BPBD masih menggunakan data yang dibuat tahun 2013. Danang tak memungkiri ada kemungkinan perubahan luas daerah tangkapan yang bisa berpengaruh pada terjadinya banjir. Pihak BPBD pun saat ini sedang memperbarui pemetaan kawasan sungai di DIY untuk menghindari hal serupa berulang kembali.

Dalam banjir kemarin, BPBD DIY mencatat luapan air menyerang 16 titik di sepanjang aliran Winongo dan Code. Sleman menjadi kabupaten dengan dampak terbesar selama peristiwa kemarin dengan 10 titik terdampak banjir.

Banjir merendam 32 rumah dan merusak satu rumah. Sebanyak 15 kepala keluarga dan 64 jiwa warga terpaksa mengungsi. Selain itu banjir juga merusak tembok SD di Sinduadi serta menghanyurkan sebuah jembatan dan dua talut ambrol.

Di Jogja, dua rumah rusak berat, 38 lainnya tergenang air. 134 jiwa terpaksa mengungsi. Sementara di bantul, tiga titik lokasi terendam air tanpa ada kerusakan atau warga yang harus mengungsi.

“Selain itu ada informasi dua rumah hanyut dan satu kandang ikut terbawa arus dan ada satu warga belum diketahui keberadaannya. Yang ini karena memang membangunnya di delta sungai jadi tidak terlindungi talut,” ungkap Danang.

Dampak lain yang terjadi akibat banjir kemarin adalah tercemarnya 76 sumur di Tegalrejo. Danang menjelaskan pencemaran terjadi karena berbagai hal, baik karena kemasukan limbah maupun terkena luapan septic tank. Pihaknya pun sedang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk memantau dampaknya serta melakukan pembersihan terhadap sumur-sumur itu.

BPBD DIY memperkirakan banjir masih akan mengintai sampai April mendatang. Sampai saat itu curah hujan masih akan tinggi terutama di lereng Merapi dan berpotensi meningkatkan debit air sungai di DIY.

“Untuk pemantauan kami bekerjasama dengan BMKG DIY untuk bisa melakukan respon lebih cepat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya