SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dok)

WONOGIRI — Petani di Wonogiri mengancam menggelar gerakan moral lagi jika aliran air dari Dam Colo ditutup. Petani juga meminta kepada pengelola jasa tirta segera memberikan jawaban agar tak waswas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petani menilai tak ditutupnya aliran air dari Dam Colo saat ini masih bersifat sementara karena belum ada pernyataan resmi dari pengelola. Pernyataan itu disampaikan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Jaten, Joko Sutopo, Senin (8/10/2012).

“Sementara ini sudah ada respon positif dari pihak terkait, baik PBS maupun Jasa Tirta. Buktinya hari ini (Senin) aliran air tetap mengalir. Kami berharap, secepatnya ada keputusan. Jika tuntutan petani untuk mengundurkan jadwal penutupan tak dipenuhi maka akan ada gerakan moral lagi,” ujarnya.

Lebih lanjut Joko Sutopo menyatakan, pihaknya hanya berpedoman pada hasil koordinasi pada demo, Minggu.
“Petugas di Dam Colo menyatakan akan menyampaikan tuntutan petani ke atasan. Sebagai pelaksana tugas di Dam Colo petugas hanya melaksanakan perintah jika belum diperintah ditutup maka tidak berani menutup. Untuk itu, kami (para petani) menunggu hasil rapat internal pengelola air.”

Menurutnya, jika dilakukan penutupan sebelum 15 Oktober tanaman padi seluas 520 hektare berpotensi puso. “Usia tanaman padi rata-rata 60 hari sampai 65 hari sehingga butuh banyak air. Kondisi riil di lapangan kebutuhan air tetap dibutuhkan sehingga jika tak ada respon akan ada lagi gerakan moral.”

Terpisah, Camat Selogiri, Bambang Haryanto mengatakan, pada 19 September pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Bupati perihal permohonan penundaan penutupan DI Colo Barat.

“Waktu itu, kami meminta ditunda hingga 10 Oktober tetapi melihat perkembangan di lapangan, ternyata banyak tanaman padi yang butuh banyak air sehingga tuntutan petani pada demo kemarin perlu dipertimbangkan.”

Diberitakan sebelumnya, ratusan petani dari Kecamatan Selogiri, Wonogiri melakukan demonstrasi menuntut agar penutupan saluran Induk Colo Barat yang rencananya akan ditutup Senin (8/10) pukul 24.00 WIB diundur sampai 15 Oktober. Mereka berpendapat, penutupan aliran air berpotensi membuat tanaman padi seluas sekitar 520 hektare di Selogiri gagal panen (puso).

Massa yang berasal dari Gabungan Paguyuban Petani Pengguna Air (GP3A) Irigasi Colo Barat beserta Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Jaten, Desa Nambangan dan Desa Pule, Kecamatan Selogiri berkumpul di Lapangan Desa Jaten, Selogiri, Wonogiri, Minggu (7/10/2012) sekitar pukul 16.00 WIB.

Mereka kemudian berpawai menuju Kantor PJT I Pengkol, Nguter, Sukoharjo menggunakan sepeda motor dan truk. Dalam orasinya di depan pagar masuk kantor PJT I, perwakilan Gapoktan Kecamatan Selogiri, Sagino, 62, mengharap kebijakan pejabat berwenang untuk mengundur penutupan saluran irigasi yang mengairi sawah para petani di daerahnya.

Ia berpendapat, jika petani sampai gagal panen, maka petani tak bisa membantu Pemerintah dalam memenuhi target panen padi nasional.

Ditemui seusai berorasi, Sagino, menyampaikan, potensi kerugian mencapai sekitar Rp15 miliar. Angka ini diperoleh dari hitungan kasar, per hektare sawah petani menghasilkan Rp30 juta. Maka, kata dia, kerugian yang diderita jika sampai puso adalah Rp30 juta dikalikan 520 hektare.

“Petani di daerah kami sebelumnya telah tiga kali gagal panen karena diserbu hama wereng. Saat ini kami sedang berusaha bangkit. Tetapi kami terkendala air. Kami hanya berharap penutupan saluran ditunda seminggu saja. Itu sudah lebih dari cukup,” papar Sagino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya