SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN -- Sebanyak 22 pengungsi di tempat evakuasi sementara atau TES Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, memutuskan kembali ke rumah mereka meski status Gunung Merapi masih level siaga.

Hal itu terjadi dalam sepekan terakhir. Dugaannya mereka sudah mulai jenuh dan kelelahan bolak-balik ke barak pengungsian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jika sebelumnya ada 279 pengungsi yang menempati TES Balerante, hingga Kamis (24/12/2020) malam tercatat tinggal 257 pengungsi. Artinya ada pengurangan jumlah pengungsi sebanyak 22 orang.

3 Orang Meninggal, Kebakaran Indekos Gembongan Kartasura Diduga Karena Mesin Motor Dipanasi

Ekspedisi Mudik 2024

Pengungsi dari Balerante yang memilih pulang berasal dari beberapa dukuh pada kawasan rawan bencana atau KRB III erupsi Merapi. Dukuh tersebut antara lain Sukorejo, Ngipiksari, serta Gondang.

Para pengungsi itu pulang ke rumah masing-masing atas inisiatif sendiri. Sebagian ternak yang sebelumnya ikut mereka ungsikan pada kandang komunal Dukuh Tegalweru, Desa Balerante, tak jauh dari TES juga sudah mereka bawa pulang.

Koordinator Pengungsian Desa Balerante, Jainu, menjelaskan berkurangnya jumlah pengungsi tersebut ia ketahui saat pengecekan lokasi pengungsian.

Kebakaran Indekos Gembongan Kartasura, Begini Posisi 3 Korban Meninggal Saat Kejadian

"Jadi dua hari lalu kami keliling saat sore mengecek kondisi TES dan bertanya kepada warga sekaligus pendataan. Kami tanyakan siapa saja yang dalam sepekan ini tidak balik ke barak pengungsian. Akhirnya kami menemukan 20-an orang dalam sepekan tidak kembali ke pengungsian,” kata Jainu, Jumat (25/12/2020).

Dua Bulan Mengungsi

Belum jelas penyebab para pengungsi Merapi dari Balerante itu memilih pulang ke rumah masing-masing. Namun, kemungkinan mereka mulai merasakan jenuh lantaran sudah hampir dua bulan terakhir mengungsi.

Sebagai informasi, warga dari KRB III erupsi Merapi Desa Balerante mengungsi sejak 7 November 2020 lalu setelah status Merapi naik ke level siaga pada 5 November 2020.

2 Korban Meninggal Dalam Kebakaran Gembongan Kartasura Baru Sehari Indekos

Selain jenuh, 22 warga itu juga diduga kelelahan. Meski ternak mereka sudah mereka bawa ke TES, sebagian warga selama ini masih bolak-balik ke rumah mereka untuk mencari pakan ternak.

Faktor lain para pengungsi Merapi asal Balerante itu pulang kemungkinan karena merasa masih aman berada di rumah masing-masing. Mereka menilai sejak status Merapi naik ke level siaga belum terlihat kejadian menonjol terkait aktivitas vulkanik Merapi.

“Mungkin sudah terlalu lama, sudah capai wara-wiri bawa rumput dan ongkos bensin,” kata Jainu.

Dari Gabus Sampai Kembo, Inilah Beberapa Jenis Makhluk Penghuni Bengawan Solo

Pada sisi lain, pemerintah desa tak bisa memaksa para pengungsi kembali ke TES. Pemerintah desa sudah memberikan saran-saran kepada mereka terkait kondisi Merapi terkini. “Tidak menutup kemungkinan mereka akan turun lagi,” kata Jainu.

Selain jumlah pengungsi yang berkurang, jumlah ternak sapi di tempat pengungsian korban erupsi Merapi Desa Balerante juga berkurang. Sebagian ada yang dibawa pulang oleh pengungsi dan ada pula yang dijual pemiliknya.

Khawatir Kejadian 2006

Tadinya ada 131 ekor sapi di kandang komunal, lalu berkurang menjadi  129 ekor sapi dan kini tinggal 115 ekor sapi di kandang tersebut. “Sapi-sapi itu mereka membawa dengan menggunakan angkutan sendiri,” kata Jainu.

Cegah Kerumunan, Misa Natal Di Gereja Sragen Ini Dibagi 4 Gelombang

Salah satu pengungsi Merapi  asal Dukuh Sambungrejo, Desa Balerante, Jemingan, 29, mengatakan warga dari kampungnya hingga kini masih bertahan di TES.

Ia mengaku ada seorang warga yang sementara waktu tinggal di rumah karena baru saja melahirkan. “Meski berada di rumah, antisipasi sudah dilakukan termasuk menyiagakan kendaraan ketika sewaktu-waktu harus turun,” katanya.

Jemingan menjelaskan ada 104 orang dari Sambungrejo yang mengungsi. Hingga kini hanya ada dua keluarga terdiri dari enam jiwa yang memilih bertahan di rumah mereka.

Istirahat di Rest Area Sragen, Pemudik Jalur Tol Dapat Edukasi Protokol Kesehatan



Sebagai informasi, Sambungrejo merupakan dukuh yang paling dekat dengan puncak Gunung Merapi di Desa Balerante. Jemingan mengakui berada di barak pengungsian selama hampir dua bulan mulai membuatnya jenuh.

Apalagi sejauh ini Merapi juga belum menunjukkan peningkatan aktivitas yang signifikan. Namun, ia menjelaskan warga dari kampungnya memilih menghilangkan keinginan untuk pulang ke rumah sementara waktu dengan tetap bertahan di pengungsian.

“Sekuat-kuatnya bertahan. Kami khawatir seperti kejadian 2006 lalu. Setelah beberapa bulan di pengungsian kemudian pulang. Ketika sampai rumah Merapi meletus,” kata Jemingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya