SOLOPOS.COM - Ilustrasi jenazah (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, PROBOLINGGO - Jenazah di Probolinggo sempat hidup lalu meninggal lagi menggegerkan warga setempat. Menurut ilmu kedokteran forensik, gadis bernama Siti Masfufah Wardah belum meninggal tetap.

Hal tersebut diungkapkan oleh Pakar forensik RSU Soetomo Surabaya Dr Edi Suyanto SpF SH MH. Seperti diketahui, Siti meninggal dunia di rumah sakit. Jenazah dibawa pulang dan kemudian dimandikan. Saat dimandikan, mata Siti terbuka dan jantungnya berdetak. Namun selang satu jam dia meninggal dunia lagi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dr Eddy Suyanto menyebut gadis tersebut sebenarnya belum meninggal tetap. Namun memang fungsi sistem penunjang kehidupannya berjalan minimal. "Belum [meninggal]. Nah siapa itu yang menyatakan mati? Dokternya? Itu harus sekolah lagi," tutur Eddy seperti dilansir detik.com, Selasa (18/8/2020).

Pemkab Rembang Lupa Pasang Bendera, Dikritik Gus Mus sampai Ganjar

Eddy menjelaskan, penjelasan terkait kematian itu bisa dipelajari dalam tanatologi atau ilmu kedokteran yang membahas tentang perubahan jasad tubuh manusia dalam proses kematian. Dalam ilmu tersebut dijelaskan sekitar 12 sistem penunjang kehidupan di dalam tubuh.

"Begini, dalam ilmu kedokteran forensik atau ilmu tanatologi, ilmu tentang perubahan semua jasad tubuh manusia dalam proses kematian. Jadi gini ada fungsi yang mempengaruhi kehidupan ada 3 fungsi. Dalam tubuh itu sebenarnya banyak, ada 12," terangnya.

"Tapi untuk menentukan orang itu hidup atau mati ada 3 yaitu fungsi sistem pernapasan, yang kedua sistem kardiovaskuler sistem pembuluh darah, dan ketiga ada sistem syaraf pusat SSP," lanjutnya.

Pria yang juga Kepala Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD dr Soetomo FKUA Unair menyebut jika 3 sistem fungsi tubuh itu sudah tidak berfungsi maka seseorang sudah dikatakan mati menetap. Meski begitu beberapa sistem itu masih bisa dibantu dengan peralatan medis jika tidak bekerja, kecuali sistem syaraf pusat.

Mati Suri

"Itu 3 fungsi yang menentukan orang hidup atau mati. Jadi orang kalau dikatakan mati kalau tiga-tiganya berhenti dan tidak berfungsi sama sekali," jelas Eddy.

"Kalau fungsi pernapasannya saja terganggu itu masih dibantu dengan alat pernapasan respirasi yang di ICU itu. Kalau sistem pembuluh darahnya terganggu maka diberi alat tertentu untuk memacu jantung. Tapi kalau sistem syaratnya mati. Maka orang itu sudah dikatakan mati. Ndak bisa," terangnya.

"Jadi anak tersebut masih berfungsi tiga-tiganya. Tapi saat itu minimal yang disebut mati suri," lanjutnya lagi.

Eddy kemudian menjelaskan, bahwa orang yang sudah meninggal mempunyai sejumlah tanda-tanda. Salah satunya yakni tanda lebam pada sejumlah bagian tubuhnya. Lebam itu muncul ketika 30 menit setelah meninggal.

Duh! Covid-19 di Sukoharjo Tembus 364 Kasus, KLB Diperpanjang Lagi?

"Kalau menentukan orang mati, biasanya setelah 30 menit itu ada tanda-tanda lebam. Itu tanda pasti, karena 3 fungsi tubuhnya berhenti setelah 30 menit [meninggal] menetap maka ada lebam," tukas Eddy.

"Jadi kalau belum ada lebam itu masih hidup. Karena fungsinya minimal. Nah lebam itu harus dibedakan dengan memar. Misalnya ada orang mati digebukin itu harus bisa dibedakan ini lebam ini memar," imbuhnya.

"Lebam biasanya di bagian terendah. Misalkan matinya terlentang maka lebamnya di pinggang, di punggung, di paha . Kalau bunuh diri ya di ujung-ujung kaki dan ujung tangan. Kalau tengkurap ya kira-kira di perut dan di muka," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya