Di musim hujan seperti ini banyak sekali tikus wira-wiri mencari makan. Tak terkecuali di wilayah permukiman padat pingir kali tempat Jon Koplo tinggal di daerah Baron, Solo.
Ketika nom-noman kampung pada nongkrong sambil ngobrol di pinggir kali, tiba-tiba Tom Gembus njondhil kaget ketika kakinya ketabrak tikus wirog yang tiba-tiba njrunthul mau ikut ngobrol.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Saking gemes-nya, Jon Koplo lari masuk rumah. Sebentar kemudian ia datang lagi sudah memakai sepatu di kaki kanan.
”Kok pakai sepatu cuma kanan tok Plo?” tanya Tom Gembus.
”Iya Mbus, mau tak pakai nggajul ”den bagus” biar lebih nendang!” jawab Koplo.
Benar juga. Ketika tengah asyik ngobrol ngalor-ngidul, tiba-tiba ada dua ekor tikus melintas di dekat kaki Jon Koplo. Dengan gerak reflek, Koplo langsung nggajul dengan kaki kiri, mak bug… ciiittt!, sang tikus pun langsung ngglethak. Dengan bangga Koplo tertawa puas. Tapi, apa yang terjadi?
”Lho, Plo! Kok jempol kaki kirimu berdarah?” ujar Tom Gembus. Bener juga, Koplo pun mulai merasakan perih di jempol kaki kirinya. Ternyata jempol yang godres getih itu ada bekas gigitan tikus.
”Awas Plo, nanti kena virus!” kata Tom Gembus sambil lari masuk rumah cari alkohol. Tapi yang ketemu malah spiritus. Tanpa tanpa pikir panjang, diambilnya spiritus itu dan diguyurkan ke jempol kaki Jon Koplo.
”Wadhuh…! Perih Mbus!” teriak Koplo.
”Ndak papa Plo, ben kumane mati!” sahut Gembus sambil menyalakan korek gas diarahkan ke jempol Koplo dan whug…! jempol Koplo pun menyala.
”He, Mbus! Jempolku kok mbok obong?” jerit Koplo sambil ngobat-abit-kan kakinya memadamkan api.
”Ora papa Plo! Ya ngene iki carane mateni virus. Timbangane kowe mati kena virus,” terang Gembus.
Melihat Koplo dan Gembus udur-uduran, teman-temannya malah pada ngguyu ngakak.
Kiriman Giyarti, Kadilangu RT 02/RW 111, Baki, Sukoharjo.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
