SOLOPOS.COM - Warga melintasi jembatan sesek penghubung Kebayanan Sumberejo-Gondanglegi, Desa Gilirejo Baru, Miri, Sragen, Senin (22/6/2020). (Solopos/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Jembatan sesek di wilayah Miri, Sragen, menjadi tumpuan warga setempat. Jembatan itu dibagun sejak jembatan penghubung Kebayanan, Sumberejo, dan Gondanglegi, Desa Gilirejo Baru, putus pada April 2019.

Putusnya jembatan tersebut membuat warga di sembilan dukuh terisolasi. Warga harus mencari jalan keluar karena jembatan itu menjadi satu-satunya akses menuju permukiman terpencil di tepi Waduk Kedung Ombo (WKO) yang masuk wilayah Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejak jembatan itu putus pada 13 April 2019 lalu, warga sekitar langsung bergotong royong membangun jembatan sesek di wilayah Miri, Sragen. Pada awalnya jembatan sesek yang terbuat dari bambu dan glugu atau batang pohon kelapa itu dibangun dibekas jembatan yang terputus.

2 Kali Ambrol

Keberadaan jembatan sesek membuat warga sekitar bisa beraktivitas seperti sedia kala. Jembatan sesek di Miri, Sragen itu juga sempat dilintasi kendaraan roda empat. Namun, jembatan itu sempat dua kali ambrol, yakni pada akhir 2019 dan Maret 2020 lalu.

Pernah Viral, Utari Si Bakul Cilok Cantik di Boyolali Sudah Menikah?

Rombongan warga yang berangkat jagong sempat tertahan di lokasi akibat jembatan sesek di Miri Sragen ambrol pada Maret 2020 lalu.

Sejak saat itu, warga membangun jembatan sesek di sebelah jembatan utama yang putus. Lokasi itu dipilih lantaran proyek pembangunan jembatan penghubung senilai Rp948 juta dimulai pada Mei 2020.

Jembatan sesek di Miri Sragen dengan lebar sekitar 1,5 meter itu hanya bisa dilintasi kendaraan roda dua, pengayuh sepeda, dan pejalan kaki.

Jadi Tumpuan

Pantauan Solopos.com, Senin (22/6/2020), jembatan sesek itu cukup ramai dipakai warga sekitar. Dalam waktu kurang dari 30 menit, terdapat sekitar 20 pengendara motor dan pejalan kaki yang melintasi jembatan itu.

Hati-Hati! 4 Tempat Ini Sumber Penularan Covid-19

Rata-rata pengendara sepeda motor itu merupakan pelajar. Jembatan sesek sepanjang 50 meter itu hanya bisa dipakai satu arah. Dengan begitu, pengguna jalan dari arah berlawanan harus rela bergantian untuk melintasi jembatan sesek itu.

“Peran jembatan sesek ini sangat vital bagi warga. Selama setahun, warga memanfaatkan jembatan sesek. Untuk kendaraan roda empat harus memutar arah melintasi wilayah Kemusu dengan medan jalan yang rusak berat,” jelas Sekretaris Desa Gilirejo Baru, Jumiko, saat ditemui wartawan di lokasi.

Selain dimanfaatkan pelajar, jembatan sesek di Miri Sragen itu juga dimanfaatkan warga sekitar menuju ladang hingga pasar. Meski tidak layak sebagai akses jalan, jembatan sesek itu menjadi urat nadi perekonomian dan pendidikan. Tanpa jembatan sesek itu, perekonomian dan pendidikan warga tidak bisa jalan.

Bejat! Guru Olahraga di SMP Karanganyar Cabuli Murid hingga Hamil

“Meski sudah ambrol dua kali, warga membangun jembatan sesek itu secara swadaya. Jumlah biayanya berapa tidak terhitung. Sebab, warga memanfaatkan apa yang mereka punya seperti bambu dan kayu. Pembangunan jembatan sesek itu dilakukan secara gotong royong sehingga biayanya bisa ditekan,” jelas Jumiko.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen, Marija, mengungkapkan meski berada di daerah terpencil, Desa Gilirejo Baru sudah disasar proyek perbaikan jalan sejak beberapa tahun terakhir.

“Kondisi jalan di Desa Gilirejo Baru sudah baik. Cuma akses menuju desa itu melintasi wilayah Andong dan Kemusu di Kecamatan Boyolali. Kebetulan jalan menuju Desa Gilirejo Baru yang melintasi jalan di Kabupaten Boyolali itu rusak parah,” terang Marija.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya