SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SERANG — Kementerian ESDM memastikan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) secara teknis bisa dilakukan sehingga masyarakat tidak perlu khawatir saat melewati jembatan itu yang diperkirakan jadi pada 2024.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM R. Sukhyar mengatakan seluruh potensi ancaman dari aspek geologi sudah diinformasikan kepada perancang yang nanti akan membuat desain jembatan sepanjang 29 kilometer ini.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

“Ini harus kami informasikan, sebenarnya tidak apa-apa lho membangun jembatan ini. Sudah diperhitungkan. Di muka bumi ini setiap pembangunan bisa dilakukan,” ujarnya di sela-sela acara Lokakarya Pertimbangan Geologi untuk Pembangunan Jembatan Selat Sunda, Selasa (27/11/2012).

Sukhyar mengatakan tentu setiap orang yang akan membangun infrastruktur seperti jembatan pasti akan melihat potensi bahaya apa saja yang mungkin dapat mengancam. Untuk kawasan Selat Sunda, memang ada potensi bahaya geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Namun, semuanya sudah diantisipasi.

“Prediksi kami, dalam kurun waktu 400 tahun ke depan, tidak akan terjadi letusan Gunung Krakatau yang pernah terjadi pada 1883,” ujarnya.

Sukhyar yakin perancangnya sudah tahu potensi bahaya di sekitar Selat Sunda. Badan Geologi sebagai penyedia informasi, lanjutnya, tentu terus menghimpun informasi agar jangan sampai ada yang luput dalam pertimbangan saat melakukan FS JSS nanti.

Prof. DR. Ir. Wiratman Wangsadinata, ahli yang mengerjakan studi pra-FS proyek JSS ini mengatakan studi tentang JSS sudah dimulai sejak 1992. Hasil pra-FS menyebutkan proyek ini harus digabungkan dengan kawasan Jembatan Selat Sunda agar bisa feasible.

“Studi JSS sudah dimulai sejak 1992, saya sendiri terjun di dalamnya. Jadi sudah 20 tahun. Hasil pra-FS menyebutkan tidak bisa keluar IRR yang standar untuk proyek ini yang konstruksinya bisa menelan dana hingga Rp100 triliun. Oleh karena itu perlu daerah konsesi [yaitu Provinsi Lampung dan Banten],” ujarnya.

Wiratman mengatakan hasil pra-FS yang nanti akan dilanjutkan dengan studi kelayakan (FS) ini akan dinilai oleh dewan pengawas yang terdiri dari para ahli internasional.

“Semua gejala alam yang mungkin terjadi harus diperhitungkan, seperti letusan gunung api. Pengawas dari ahli internasional nanti yang akan menilai seberapa jauh kecanggihan dari desainnya,” ujarnya.

Asisten Daerah II bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Banten HM Shaleh mengatakan seharusnya hasil pra-FS dilanjutkan dengan FS. Namun, ada sedikit masalah di pemerintah pusat yang ingin mengambilalih pengerjaan FS. Padahal menurut rencana, FS harus selesai 2013 sehingga pada 2014 pengerjaan fisik jembatan sudah bisa dimulai.

Sebelumnya, yang akan mengerjakan FS adalah konsorsium dari Lampung yakni BUMD PT Lampung Jasa Utama, dan dari Banten, PT Banten Global Development, serta pihak ketiga PT Bangungraha Sejahtera Mulia.

“Jembatan ini secara teknis sangat layak dibangun, sudah merujuk pada Jembatan Messina di Italia yang kira-kira hampir sama permasalahannya. Secara teknis sudah oke. Sekarang ada masalah kebijakan dengan pemerintah pusat. Kalau dengan investornya sendiri kajian-kajiannya sudah dilaksanakan dan sudah sangat yakin bahwa ini feasible untuk dibangun,” jelas Shaleh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya