SOLOPOS.COM - Warga melintasi jembatan sasak dari Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo menuju Kota Solo, jumat (23/9/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Sejumlah warga memilih melewati jembatan sasak yang menghubungkan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, dan Kota Solo, sebagai jalur alternatif pascapenutupan Jembatan Jurug karena diperbaiki.

Sementara, saat penutupan Jembatan Mojo nanti personel pengelola jembatan kemungkinan akan ditambah untuk mengantisipasi penambahan volume warga yang melintas.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal itu dilakukan untuk keselamatan bersama. Mengingat penutupan akan dilakukan selama 2 bulan.

“Nanti ada yang tidak berani naik atau yang butuh didorong nanti akan dibantu. Mudah-mudahan airnya jangan naik dulu untuk membantu warga biar tidak kejauhan muternya,” terang salah satu warga Gadingan, Mojolaban, yang kerap ke kawasan jembatan sasak alternatif itu, Yuli, Jumat (23/9/2022).

Yuli mengatakan jalur alternatif penutupan Jembatan Mojo yang diarahkan melalui Pasar Bekonang menuju Jalur Ciu hingga tembus ke Telukan dirasa memakan waktu. Apalagi bagi warga di daerah Mojolaban yang tepat berseberangan dengan Semanggi, Solo.

Baca juga: ROUND UP: Jembatan Jurug C Terlalu Sempit hingga Kades Berjo Mangkir di Kejari

Seperti diketahui Jembatan Mojo akan ditutup total pada Senin (26/9/2022) mendatang. Sehingga masyarakat berinisiatif membuat jembatan  penghubung menggunakan anyaman bambu tersebut.

Khususnya dibuat bagi pelajar yang akan berangkat ke sekolah jalur alternatif terlalu jauh bagi para siswa.

“Karena kalau muter jauh banget kalau lewat Palur, Jurug apalagi lewat Bacem kami ini kan di tengah-tengah. Itu kan waktunya terbuang dan jauh misal mau nganter sekolah biasanya nganter anak sekolah pukul 06.30 WIB berhubung muter kan harus jadi berangkat pukul 05.30 WIB,” terang Yuli saat ditemui di lokasi Jembatan Sasak, Jumat (23/9/2022).

Dia mengatakan penutupan Jembatan Mojo karena perbaikan itu sangat berdampak bagi anak-anak sekolah. Bahkan dengan jalur alternatif tersebut dimungkinkan mereka harus mengantre terlebih dahulu.

“Kasihan yang sekolah-sekolah, biasane berangkat sekolah 06.30 WIB kalau lewat sini pun pukul 06.00 WIB udah antre,” ujar Yuli.

Baca juga: Jembatan Cinta 30 Meter di Mangir Lor Hanyut Terbawa Arus Sungai Progo

Berdasarkan pantauannya di pagi hari, para pengelola biasanya mendahulukan anak-anak sekolah untuk menyebrang terlebih dahulu. Kemudian para pekerja dan pengendara lain, meski demikian tetap ada beberapa warga yang ngeyel dan tidak menaati imbauan itu.

Disinggung perihal bahaya atau tidaknya jembatan tersebut ketika dilewati, dia mengatakan hal itu tergantung masing-masing pengendara. Dia mengatakan operasional jembatan itu juga telah dicek pihak Polsek, Koramil, hingga perangkat desa.

“Kalau dibilang aman, aman, kalau dibilang kurang aman ya kurang aman. Terpenting dari pihak pengelola nanti bisa mengatur lajunya. Jalan pelan-pelan ajalah gausah terburu-buru untuk keamanan tergantung kita masing-masing. Juga tergntung dari pengelola, kalau pengelola membiarkan [pengendara melintas seenaknya] risikonya juga tinggi,” kata Yuli.

Lebih lanjut, pengguna jembatan juga harus memiliki empati tinggi ketika melewati jembatan itu. Mengingat pemotor harus saling menunggu ketika melewati jembatan karena tidak bisa digunakan berpapasan.

Baca juga: TRANSPORTASI SOLO : Meski Takut, Warga Pilih Lewat Jembatan Sasak Ketimbang Memutar

“Kalau tidak berani jangan dipaksakan, kalau memang butuh cepat lebih baik minta tolong jangan memaksakan diri. Ada yang mengatur tidak bisa sembarangan lewat, karena rakit ini kalau terlalu banyak pengendara, goyang,” ungkap Yuli.

Dia mengatakan di setiap ujung jembatan pasti ada pengelola yang membantu untuk berjaga-jaga jangan sampai ada hal yang tidak diinginkan. Hal itu untuk keselamatan bersama, mengingat jalan diujung jembatan ke arah Solo  menukik sekitar 45 derajat.

Mayoritas hampir semua pengguna jembatan merupakan warga sekitar terutama warga yang dekat dengan sungai. Jembatan itu mulai beroperasi kurang lebih sekitar 2-3 pekan.

Dia mengatakan adanya jembatan terebut sangat membantu warga. Bahkan rencananya ke depan akan dilakukan penambahan jembatan.

“Rencana dari pengelola akan ada tambahan jadi ada dua sisi yang satu dari utara yang satu dari selatan [pos penjagaannya],” ungkap Yuli.

Baca juga: Jika Tak Hujan, Jembatan Sasak Kampung Beton Solo Dibangun Lagi Malam Ini

Yuli mengatakan jika debit air naik biasanya pengendara dialihkan melintas menggunakan perahu sedangkan jika debit air terlalu tinggi jembatan pasti ditutup total untuk keamanan, sehingga pengendara tidak asal menyeberang.



Sementara itu warga setempat, Sulis, menyebut dalam satu kali perjalanan, pengguna jembatan membayar sujumlah Rp2.000/orang. Namun beberapa pengguna bahkan telah membayar untuk sepekan mendatang guna menghemat biaya.

“Kadang kalau anak sekolah biasanya hanya bayar Rp10.000 untuk satu pekan, la kalau lewat pulang pergi Rp4.000 juga tekor, belum uang sakunya,” terang Sulis.

Di sisi lain jalur alternatif di Jalan Ciu, Polokarto, Sukoharjo yang digunakan untuk melintas kendaraan masih terpantau lengang. Namun jika kendaraan besar seperti truk bermuatan besar lewat, mereka harus saling menunggu jika berpapasan.

Mengingat di jalan selebar kurang lebih 3-4 meter itu tidak bisa dilalui truk besar secara bersamaan.

Baca juga: Jembatan Sasak Kampung Beton Solo Ambruk Lagi, Ditutup Sehari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya