SOLOPOS.COM - Mujiman alias Harto Suwito, 74 (dua dari kiri) mengevakuasi bambu pada jembatan sasak antara Dermaga Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo menuju Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jumat (29/9/2017). Jembatan itu rusak diterjang air setelah hujan turun pada Kamis (28/9/2017) petang. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/Solopos)

Jembatan sasak Beton-Gadingan rusak diterjang air bercampur sampah.

Solopos.com, SOLO — Jembatan dari anyaman bambu atau sasak yang menghubungkan Dermaga Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Kota Solo, dengan Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, ambrol diterjang air Sungai Bengawan Solo bercampur sampah, Kamis (28/9/2017) petang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada Jumat (29/9/2017) pagi, Mujiman alias Harto Suwito, 74, lelaki yang kesehariannya bekerja menyeberangkan orang di Sungai Bengawan Solo dari Dermaga Beton ke Gadingan, bersama dua anaknya, Daniel dan Dea, bahu-membahu melepas sebagian sasak pada jembatan itu. Sisa bambu dan sasak diambil kemudian dipindah agar tidak hanyut terbawa arus air Sungai Bengawan Solo.

Istri Mujiman, Yustina, mengatakan jembatan penyeberangan itu bisa bertahan dua setengah bulan. Situasi itu dinilai relatif lama karena mereka pernah mengalami kejadian jembatan ambruk kurang dari 24 jam setelah dipasang.

“Ambruknya sebelum Magrib. Sampah aneka macam seperti sofa, kasur, batang pohon bambu, tangga dan banyak lainnya hanyut oleh air sungai setelah hujan kemarin sore. Banyaknya sampah membuat tiang jembatan tak kuat bertahan mengatakan banyaknya sampah membuat tiang jembatan tak kuat bertahan,” ujarnya di Dermaga Beton, Jumat pagi.

Dia mengatakan kemungkinan jembatan tak akan diperbaiki. Moda penyeberangan akan dikembalikan menggunakan perahu karena diprediksi ini sudah menjadi awal musim penghujan.

“Kalau banjir sih mungkin belum. Tapi hujan akan turun lebih sering. Kalau pasang jembatan lagi, bisa ambruk lagi,” kata dia.

Sementara itu, Daniel, 21, mengaku sempat merekam detik-detik ambruknya jembatan penyeberangan itu menggunakan kamera ponsel. Hanya saja, hari itu ia tak membawa ponsel yang dimaksud.

“Begitu selesai hujan, air segera datang. Hujan sudah berhenti, lalu sampah menekan tiang jembatan. Ambruknya pelan-pelan. Semua jenis sampah memenuhi sungai,” ujar dia. Banyaknya sampah dan kuatnya arus memang menjadi musuh bagi jembatan penyeberangan darurat semacam itu.

Mujiman dan keluarganya memang bergantung pada jasa penyeberangan, baik dengan perahu maupun dengan jembatan sederhana yang mereka buat. “Saya sudah 40 tahun menyeberangkan orang dengan perahu,” ujar Mujiman.

Pada bagian lain, Ketua Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Sewu, Budi Utomo, mengatakan ada salah satu wilayah di Kelurahan Sewu yang rawan tergenang saat hujan deras. Wilayah itu berada di perbatasan RW 001 dan RW 002, tepatnya di sebelah timur kantor kelurahan setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya