SOLOPOS.COM - Sejumlah pengendara motor melintasi jembatan sesek yang berada di Sungai Bengawan Solo di Sewu, Jebres, Solo, Senin (26/9/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLOJembatan sasak di Sungai Bengawan Solo yang membentang dari Kampung Beton, Kelurahan Sewu, Jebres, ke Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, semakin ramai seiring penutupan Jembatan Mojo per Senin (26/9/2022).

Pengendara sepeda motor tidak henti-hentinya melewati jembatan sasak. Mereka rela mengantre dan menunggu giliran untuk melintas. Kemudahan akses, jarak tempuh yang pendek, dan kecepatan menjadi alasannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (27/9/2022), pengendara sepeda motor terus lalu lalang melewati jembatan sasak. Sembari membayar Rp2.000 hingga Rp3.000, pengendara sepeda motor secara perlahan melewati jembatan sasak yang terbuat dari anyaman bambu.

Di sisi lain, ada petugas yang selain membantu para pengendara melewati jembatan sasak di Bengawan Solo, mereka juga sibuk mengganti anyaman bambu yang pecah karena dilalui kendaraan.

Gunawan, salah satu warga Mojolaban yang juga turut membantu operasional jembatan sasak menyebut jembatan itu kini menjadi jalur yang ramai. Jarak tempuh yang lebih dekat ditambah dengan kemacetan di Jembatan Bacem dan Jurug C menjadi alasan warga beralih menggunakan jembatan tersebut.

Baca Juga: Ramai Pol! Pengelola Jembatan Sasak Bengawan Solo Raup hingga Rp8 Juta Sehari

“Sekarang ramai, dulu paling sampai malam sudah tutup, sekarang ada yang berjaga di tiap pos selama 24 jam. Kalau lihat di Jembatan Bacem sama Jurug C macetnya seperti itu bahkan bisa berjam-jam, ya mesti akhirnya lewat sini,” urainya.

Warga Sekitar Jembatan Sasak Berjualan Makanan

Banyaknya pengguna jalan yang memilih jembatan sasak di Bengawan Solo, menurut Gunawan, merupakan salah satu poin positif. Selain membantu mendongkrak perekonomian masyarakat pinggir Bengawan Solo, keberadaan jembatan itu membuat antarwarga semakin guyub.

“Ya setelah jalan lebih ramai, warga juga akhirnya guyub, saling kenal dengan yang dari Mojolaban, yang dari sana juga srawung ngobrol dengan yang tinggal di sekitaran Kampung Sewu, akhirnya jadi akrab. Beberapa warga berjualan jajanan minuman dan gorengan, jadi nambah pemasukan,” jelasnya.

Baca Juga: Tak Tahan Goyangan, Sejumlah Pengguna Jembatan Sesek Bengawan Solo Mual-Muntah

Senada dengan Gunawan, Tommy, salah satu petugas yang juga membantu penyeberangan di jembatan sasak Bengawan Solo menyebut adanya jembatan itu meningkatkan pendapatan pemuda sekitar sekaligus membuat masyarakat di pinggir sungai semakin guyub.

“Sekarang jadi kenal sama yang dari Solo, jadi srawung istilahnya, apalagi sekarang dengan adanya jembatan sasak, sekarang pendapatan nambah lumayan buat beli rokok. Anak-anak muda kayak saya sama teman-teman sekarang punya kesibukan yang positif,” urainya.

Diberitakan sebelumnya, pengelola jembatan sasak memperoleh pendapatan yang lumayan besar pada hari pertama penutupan Jembatan Mojo. Sepanjang hari itu pengelola meraup pendapatan hingga Rp8 juta dari tarif penyeberangan Rp2.000-Rp3.000 per motor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya