SOLOPOS.COM - Kondisi jembatan sasak yang hancur di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Solo, Jumat (14/8/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Jembatan sasak yang menghubungkan Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, rusak. Jembatan bambu yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo itu hancur diterjang arus disertai sampah saat hujan deras, Selasa (11/8/2020) lalu.

Padahal jembatan sasak itu masih tergolong baru karena belum ada sebulan dibangun menggunakan dana senilai Rp11 juta. Meski demikian, aktivitas di sekitar jembatan itu terus berlanjut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagong, 48, mengendalikan perahu dengan tambang warna biru untuk menyeberangkan satu pengendara sepeda motor dari Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jumat (14/8/2020).

Siang itu, aliran sungai cukup membantu untuk mendorong perahu. Bagong hanya sekali mengibaskan batang bambu untuk menjalankan perahu sampai seberang. Sementara tambang biru yang dikaitkan pada cagak besi memastikan perahu tidak terbawa arus.

Polemik DPD PAN Solo, Begini Reaksi DPW PAN Jateng

Sekitar dua menit, perahu tersebut merapat ke dermaga sasak wilayah Kampung Sewu, Solo. Bagong pun mengikatkan tali perahu dengan dermaga bambu sehingga pengguna sepeda motor bisa melanjutkan perjalanan. Namun, terik matahari menusuk kulit membuat keringatnya bercucuran.

Bagong kembali mengoperasikan perahu sejak jembatan sasak hancur diterjang aliran sungai akibat hujan deras, Selasa (11/8/2020) pukul 22.00 WIB. Pada saat itu, Bagong bersama lima anggota pengelola jembatan sasak bersiaga di pos wilayah Desa Gadingan.

Hujan deras mengundang warga lain memantau aliran sungai dan mencari ikan. Tapi arus deras membuat jembatan yang dibangun belum genap satu bulan tersebut tenggelam. Nasib sial ketika bambu dari hulu ikut hanyut yang menerjang jembatan.

Ini Aktivitas Mbah Minto Klaten Setelah Jadi Jutawan

“Sudah jadi risiko [jembatan ambruk akibat aliran sungai yang deras]. Ini pakai perahu dulu untuk penyeberangan. Tarifnya sama. Rp2.000 untuk pengguna sepeda motor,” katanya kepada Solopos.com.

Pembangunan Jembatan

Dia menjelaskan, enggan membangun jembatan lagi karena kondisi tinggi muka air terkini sekitar lima meter. Padahal mendirikan jembatan harus menancapkan bambu ke dalam tanah sedalam 1,5 meter dan 1,5 meter dari permukaan air hingga jembatan. Pembangunan jembatan terakhir membutuhkan bambu sepanjang tujuh meter.

Pengelola sengaja mendirikan jembatan supaya penyeberangan lebih mudah dengan estimasi penggunaan empat sampai enam bulan. Biaya material pembangunan jembatan sasak terakhir menghasibkan Rp7 juta. Tambahan biaya tenaga kerja dan konsumsi membuat total biaya berjumlah Rp11 juta.

Survei BPS: Warga Kabupaten di Soloraya Ini Paling Ngeyel Ogah Pakai Masker

“Membangun jembatan sasak harus selesai satu malam. Kalau enggak selesai enggak bisa buat nyebrang. Perahu enggak bisa dioperasikan,” ungkapnya.

Menurut warga Desa Gadingan tersebut, pengguna jembatan sasak sebanyak 200 orang per hari. Jembatan yang ambruk jebol membuat pengguna jasa penyeberangan menurun 25 persen.

“Mereka enggak mau naik perahu bukan kerena takut. Tapi nunggu waktu nyebrang lebih lama dibandingkan durasi melintasi jembatan sasak,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya