SOLOPOS.COM - Warga Mundu, Tulung, Suyat, 60, menggantung pada tali ala flying fox setelah memanen tanaman pepaya yang ada di seberang jembatan. Hal itu dilakukan karena jembatan Mundu yang yang menghubungkan desa dengan lahan pertanian belum selesai diperbaiki pascaditerjang hujan deras dan longsor pada 2012. Foto diambil belum lama ini. (JIBI/Solopos/Shoqib Angriawan)

Solopos.com, KLATEN–Pengerjaan Jembatan Mundu yang ada di Dusun Dungus, Desa Mundu, Kecamatan Tulung harus segera diselesaikan sebelum pertengahan Desember tahun ini. Pasalnya, pembangunan jembatan yang ambrol karena longsor dan hujan deras pada akhir 2012 lalu sudah molor dari jadwal semestinya.

“Jembatan Mundu harus segera diselesaikan. Sebab, pada pertengahan Desember SPj (surat pertanggungjawaban) pembangunan harus segera diserahkan kepada BPBD,” tegas Kepala Desa (Kades) Mundu, Waluyo, kepada wartawan di Mundu, Tulung, belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurutnya, pembangunan jembatan yang memakan anggaran Rp136,4 juta dari APBD tersebut dimulai pada Juni dan diperkirakan selesai pada Oktober. Namun, baru sepekan perbaikan berjalan, pembangunan jembatan yang membelah Kali Pusungan justru terhenti karena pemborong merasa kesulitan mencari salah satu bahan dari jembatan.

Pembangunan jembatan yang menghubungkan masyarakat Desa Mundu dan Salaman, Tulung, Klaten dengan masyarakat Desa Musuk, Pagerjurang, Boyolali, sempat terhenti hingga pertengahan September. Bahkan, molornya pembangunan juga membuat masyarakat gerah dan menggeruduk kantor desa Mundu pada awal September lalu.

Bantuan perbaikan jembatan sendiri turun sebelum Waluyo menjabat sebagai Kades. Saat itu, jabatan kades masih dipimpin oleh Zaenuri dan dia yang menunjuk salah satu pemborong untuk mengerjakan jembatan yang ambrol.

Padahal, sambung Waluyo, ada sekitar 40 petani dari Mundu yang setiap hari menyeberang Kali Pusungan sedalam 30 meter untuk menggarap lahan mereka. Mereka harus menyeberang dengan cara menggantung pada tali sepanjang 35 meter. Pasalnya, di seberang jembatan masih ada sekitar lima hektar lahan yang menjadi tumpuan hidup petani tersebut.

Desakan juga disampaikan oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mundu, Ary Koeswanto. Menurutnya, jembatan tersebut harus segera diselesaikan karena sebelumnya memang sudah molor. “Pembangunannya sudah molor, jadi harus segera selesai,” katanya kepada wartawan di lokasi.

Sementara, pantauan Espos di lokasi, pembangunan jembatan belum kunjung usai. Akibatnya, petani yang ingin menggarap lahan mereka harus menyeberang dengan cara menggantung ala flying fox.

Salah satu petani yang rela menggantung ala flying fox tersebut adalah Suyat, 60. Warga Mundu tersebut mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan molornya pembangunan jembatan tersebut.
Namun, dia tidak mau menunggu sampai jembatan itu rampung digarap. Pasalnya, dia harus terus bekerja di lahan yang ada di seberang untuk menghidupi keluarganya. Apalagi, pada akhir pekan lalu lahan yang dia olah baru panen.

Di seberang jembatan, dia menanam sejumlah tanaman seperti, pepaya dan ubi. Dia juga mengambil rerumputan jenis kolonjono untuk pakan ternak sapi miliknya. Berbagai macam tanaman tersebut dia bawa dengan menggantung ala fying fox untuk dibawa ke seberang jembatan. “Kami minta segera diselesaikan supaya tidak menggantung seperti ini terus. Kan bahaya juga risikonya,” pintanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya