SOLOPOS.COM - Warga memperbaiki perahu yang digunakan untuk menyeberang Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, Senin (19/11/2012). Perahu itu kembali digunakan setelah jembatan bambu yang menghubungkan wilayah Sewu, Solo dengan Gadingan, Sukoharjo terputus akibat derasnya aliran Sungai Bengawan Solo, Sabtu (17/11/2012). (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Warga memperbaiki perahu yang digunakan untuk menyeberang Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, Senin (19/11/2012). Perahu itu kembali digunakan setelah jembatan bambu yang menghubungkan wilayah Sewu, Solo dengan Gadingan, Sukoharjo terputus akibat derasnya aliran Sungai Bengawan Solo, Sabtu (17/11/2012). (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Jembatan sesek (anyaman bambu) yang menghubungkan Solo-Sukoharjo  dengan Desa Gadingan, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, putus, Sabtu (17/11/2012) malam lalu. Putusnya jembatan ini lantaran terbawa arus Sungai Bengawan Solo.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pantauan Solopos.com, Senin (19/11/2012), jembatan hanya terbuat dari anyaman bambu ini mengapung hingga ke tengah aliran sungai yang memisahkan dua daerah, yakni kampung Beton, Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres dengan Desa Gadingan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Sejumlah warga antre menunggu perahu untuk menyeberang dari wilayah Sukoharjo ke Solo maupun sebaliknya. Perahu ini digunakan sebagai pengganti sementara transportasi warga untuk melewati Sungai Bengawan Solo karena kondisi jembatan sesek yang putus.

Jembatan Permanen

Warga Mojolaban, Agung mengatakan jembatan sesek putus setelah diterjang derasnya aliran Sungai Bengawan Solo pada Sabtu malam lalu. Saat itu, hujan deras mengguyur wilayah Soloraya hingga membuat aliran Sungai Bengawan Solo naik. Jembatan yang hanya terbuat dari anyaman bambu pun tak kuat menahan derasnya aliran sungai sehingga putus.

“Sampah yang nyangkut di jembatan juga banyak. Jadi tidak kuat menahan itu juga akhirnya putus,” katanya.

Atas kondisi ini, dia mengaku akses warga dua daerah terganggu. Beruntung, lanjut dia, ada jasa perahu yang ditawarkan sebagai sarana untuk menyeberang. Namun tak sedikit warga yang terpaksa memutar melewati jembatan Mojo atau Jurug. “Warga yang mutar itu karena takut aliran sungainya sangat deras. Jadi mereka pilih memutar ke Jurug atau Mojo. Kalau saya tetap nekat lewat sini menggunakan perahu,” katanya.

Warga lainnya, Agus mengaku memilih menggunakan perahu untuk menyeberang ke Solo maupun sebaliknya. Dia hanya membayar jasa perahu Rp1.000 untuk sekali penyeberangan. “Lebih cepat lagian tidak terlalu mahal ongkos nyeberangnya. Lebih efisiensi waktu dan biaya,” katanya.

Dia mengatakan jembatan sesek memang putus jika aliran Sungai Bengawan Solo naik. Hal ini lantaran keberadaan jembatan sesek hanya terbuat dari anyaman bambu. Dia bersama warga lainnya berharap Pemerintah bisa membangun jembatan permanen. Dengan demikian, warga terbantu aktivitas perekonomian sehari-hari.

“Kami berharap jembatan permanen bisa segera dibangun,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya