SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Kawasan sekitar Kleringan dinilai belum berfungsi optimal karena secara fisik masih diperlukan sejumlah pembenahan.

Sejak dibangun, Jembatan Kleringan yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan sebutan Jembatan Amarta masih menyisakan persoalan. Konsep manajemen rekayasa lalu lintas pada titik kawasan tersebut belum dapat sepenuhnya diterapkan. Alasannya karena pembangunan fisik pada penataan lalu lintas kawasan itu belum sepenuhnya selesai.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Tidak optimalnya fungsi jalan tampak pada ruas jalan dari Jl. P. Mangkubumi menuju Jl. Malioboro dan Jl. Kleringan. Pada ruas jalan tersebut kini dilakukan penyempitan menggunakan devider tentative dengan harapan bisa dilakukan pemindahan sewaktu dilakukan perubahan pengaturan lalu lintas.

Dikonfirmasi Kasatlantas Polresta Jogja Kompol Bambang Sukmo Wibowo menjelaskan, penyempitan ruas jalan diperlukan untuk memperlancar laju arus lalu lintas. Menurut dia,  sesuai perencanaan awal arus dari Jl. P Mangkubumi menuju Malioboro dan Kleringan dilakukan secara memutar melalui jembatan Amarta, namun karena ada beberapa kekurangan fisik maka pola itu belum diterapkan.

“Jalan kita persempit karena jika dibiarkan lebar maka antrean saat traffic light menyala hijau akan menjadi sangat padat. Prinsipnya dengan mempersempit maka antrean kendaraan menjadi panjang sehingga laju akan lebih teratur,” katanya belum lama ini.

Penyempitan ruas jalan tersebut telah dilakukan sejak bulan lalu. Kendati diakuinya memang belum dapat mewadahi fungsi penataan lalu lintas sepenuhnya, namun keberadaan jembatan baru diatas Code itu sangat membantu.

Menurut dia, jembatan itu dapat dijadikan sebagai salah satu pemecah kepadatan kendaraan di Malioboro. “Dengan jembatan itu maka kita dapat mengurai kepadatan kendaraan dari sisi utara menuju kawasan Malioboro meskipun saat ini fungsinya belum optimal,” katanya.

Dikonfirmasi, Kepala Seksi Rekayasa Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kota Jogja Widarto menjelaskan rekayasa di kawasan Kleringan masih menunggu kelanjutan pembangunan fisik oleh Kimpraswil. Dia membenarkan, jika saat ini kawasan itu belum berfungsi optimal.

“Kami masih menunggu tahap penyempurnaan fisik bangunan yang akan dilakukan oleh Kimpraswil, setelah fisiknya selesai maka penataan sesuai konsep awal baru dapat kami terapkan,” katanya.

Widarto menjelaskan, akan terjadi perubahan rute kendaraan pada kawasan Kleringan itu. Perubahan khususnya terjadi pada arus kendaraan dari Jl. P Mangkubumi menuju Jl Malioboro, Jl. Sarkem dan Jl. Mataram. “Kita rencanakan air mancur di tengah itu menjadi perputaran kendaraan, dan traffic-nya akan diletakkan di gardu anim, tapi itu masih menunggu penyempurnaan fisik,” katanya.

Kawasan Kleringan menjadi salah satu titik vital lalulintas. Kepadatan tidak saja terjadi saat libur, melainkan pada jam-jam tertentu kawasan itu menjadi akses penting pegemudi dari sisi utara Jogja menuju kawasan tengah dan selatan Kota Jogja. Pembangunan Jembatan Kleringan dilakukan Pemerintah Provinsi DIY dan Pemkot Jogja. Anggaran yang dihabiskan dalam pembuatan jembatan ini senilai Rp12 miliar. Jembatan Amarto dibangun pada akhir tahun 2011 dan diresmikan pada awal Januari 2012.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya