SOLOPOS.COM - Seorang warga perumahan Griya Lawu Asri (GLA) di Desa Jeruk Sawit, Kecamatan Gondangrejo sedang menunjuk ke arah jembatan yang ambrol sejak 2010 lalu, Sabtu (6/10/2012). (Foto: JIBI/ SOLOPOS//Bony Eko Wicaksono)

Seorang warga perumahan Griya Lawu Asri (GLA) di Desa Jeruk Sawit, Kecamatan Gondangrejo sedang menunjuk ke arah jembatan yang ambrol sejak 2010 lalu, Sabtu (6/10/2012). (Foto: JIBI/ SOLOPOS//Bony Eko Wicaksono)

KARANGANYAR –Jembatan yang menghubungkan antara sektor empat dan lima di perumahan Griya Lawu Asri (GLA) di Desa Jeruk Sawit, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar ambrol. Ambrolnya jembatan tersebut terjadi pada 2010 lalu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pantauan JIBI/SOLOPOS, Sabtu (6/10/2012), beberapa pondasi jembatan yang terbuat dari beton ambrol sehingga otomatis jembatan tak bisa dilewati. Tanah yang berada di sekitar jembatan juga ikut ambles. Jembatan yang panjangnya sekitar 15 meter tersebut diduga ambrol karena pondasinya tak kuat menahan erosi sungai.

Ambrolnya jembatan tersebut juga karena tidak adanya pemeliharaan yang dilakukan pihak pengembang. Pascakasus korupsi yang melibatkan suami Bupati Karanganyar Rina Iriani, Tony Haryono, pembangunan dan pemeliharaan fasilitas umum di perumahan GLA mangkrak.

Seorang penghuni perumahan GLA, Roberth, mengatakan jembatan tersebut dibangun berbarengan dengan ratusan unit rumah lainnya. Setelah kasus korupsi tersebut mencuat maka proyek pembangunan rumah mandek. Kini, ratusan unit rumah di perumahan GLA mangkrak. “Mungkin pondasinya tak kuat sehingga lambat laun ambrol saat turun hujan. Apalagi selama ini tidak ada pemeliharaan,” katanya, Sabtu (6/10).

Jembatan tersebut terletak diantara ratusan unit rumah sektor satu-empat dan sektor lima. Di bawah jembatan tersebut terdapat anak sungai yang hulunya menuju Sungai Bengawan Solo. Sektor lima terdapat sekitar puluhan unit rumah yang belum jadi. Sementara sektor satu-empat terdapat ratusan rumah yang sebagian juga belum jadi.

Seorang penghuni perumahan GLA lainnya, Rahmat, menuturkan warga yang menghuni perumahan GLA berjumlah 24 keluarga yang tersebar di empat sektor yakni satu-empat. Sementara sektor lima belum ada warga yang menempati. Dia menempati rumah tersebut sejak 2009 lalu.

Dia menjelaskan saat membeli satu unit rumah membayar uang muka atau DP senilai Rp3,5 juta. Sementara angsuran setiap bulan yang wajib dibayarkan senilai Rp470.000. Namun lantaran terkena kasus korupsi maka pembayaran angsuran distop. Kini, pembayaran angsuran dilanjutkan kembali melalui Bank Karanganyar. “Walaupun sudah membayar uang muka namun belum ada akad kreditnya,” ungkapnya.

Selama ini, belum ada pasokan aliran listrik maupun air bersih ke beberapa unit rumah yang berpenghuni. Warga terpaksa mengambil aliran listrik dari wilayah lainnya. Sementara air bersih didapat dari sumur bor yang letaknya cukup jauh dari perumahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya