SOLOPOS.COM - Warga melintasi jembatan gantung Kliwonan di perbatasan Masaran-Plupuh, Sragen, Jumat (10/7/2020). (Moh. Khodiq Duhri/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Jembatan gantung sepanjang sekitar 150 meter dan setinggi sekitar 25 meter dari permukaan air Sungai Bengawan Solo ini berlokasi di perbatasan Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran dan Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Sragen. Jembatan ini tak pernah sepi dari kendaraan bermotor, pengendara sepeda angin hingga pejalan kaki.

Giliran Pusdikpom TNI AD Jadi Klaster Covid-19, 99 Personel Positif

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selama hampir setengah jam, terdapat puluhan sepeda motor atau pengendara sepeda yang secara bergantian melintasi jembatan gantung itu. Lebar jembatan yang hanya 1,5 meter membuat pengendara motor harus mengantre bila ada pengendara motor lain dari lawan arah.

Pengendara motor pun harus ekstra hati-hati melewati jembatan gantung itu. Sebab, pergerakan sepeda motor membuat badan jembatan bergoyang sehingga mempengaruhi keseimbangan laju sepeda motor.

Jembatan gantung ini tentu tidak disarankan dilewati oleh pengendara motor yang ciut nyali atau yang punya riwayat penyakit jantung.

Tetangga Giman Ngawi Ketiban Berkah, Sehari Berjualan Bisa Dapat Rp700.000

“Bagi yang tidak terbiasa lewat jembatan gantung itu, saya sarankan balik kanan memutar arah ke Pasar Masaran jika ingin ke Plupuh. Memang kalau mau ke Plupuh, lewat jembatan itu bisa memangkas jarak dan waktu tempuh. Tapi, kalau ragu lebih baik jangan lewat jembatan gantung itu,” ujar Ayu, warga Pilang saat berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Jumat (10/7/2020).

Kondisi Memprihatinkan

Jembatan gantung yang diresmikan pada 4 Juli 2002 oleh Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto, dibangun demi menunjang mobilitas warga di sejumlah desa di Kecamatan Masaran dan Plupuh, Sragen. Pada awalnya, lantai jembatan gantung itu terbuat dari papan kayu.

Namun, seiring berjalannya waktu, papan kayu itu semakin keropos karena kerap terpapar hujan dan terik mentari. Warga sekitar langsung menggantinya dengan bilah kayu yang baru supaya jembatan itu tidak memakan korban.

Kawasan Industri Wijayakusuma Semarang Bantah Ada Kasus Covid-19 

Beruntung jembatan itu belum pernah menelan korban saat papan kayu keropos. Guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Pemkab Sragen akhirnya mengganti papan kayu dengan papan seng. Papan seng itu memang lebih tahan lama, namun sambungan seng terkadang retak karena tiap hari dilintasi kendaraan bermotor. Bila sudah retak, warga buru-buru mengelas papan seng itu supaya keretakan tidak bertambah parah.

“Alhamdulillah, meski kondisinya seperti itu, selama ini belum ada korban jiwa. Tapi, kondisinya tetap saja mengkhawatirkan karena jembatan itu tergolong sudah tua,” papar perangkat Desa Pilang, Vicky Amin.

Peran jembatan gantung itu amat vital bagi warga di dua kecamatan itu. Bila melewati jalur lain yang jauh lebih aman, jarak tempuh bisa berselisih hingga 15-20 menit. Warga tak kenal waktu melintasi jembatan itu.

Agenda Terhalang Covid-19, Dewan Kesenian Klaten Siap Balikin Uang Kas

Mulai dari anak sekolah, petani, pedagang, buruh pabrik memilih melintasi jembatan gantung itu menuju lokasi tujuan. Selama 24 jam, jembatan gantung itu tetap tak pernah sepi dari pengendara motor.

Pembangunan Fisik

Saat ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen tengah mempersiapkan pembangunan jembatan permanen yang melintasi Sungai Bengawan Solo sebagai ganti jembatan gantung Kliwonan. Dibutuhkan anggaran lebih dari Rp40 miliar untuk membangun jembatan itu.

Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen kembali menggangarkan dana Rp1,7 miliar melalui APBD Perubahan 2020 guna membebaskan lahan untuk membangun jembatan Pilang-Gedongan yang melintasi Sungai Bengawan Solo.

Pembangunan fisik jembatan sepanjang 150 meter dan lebar 7 meter yang berada di perbatasan Kecamatan Masaran-Kecamatan Plupuh itu rencananya akan dimulai lagi pada 2021-2022. Proses pembebasan lahan jembatan tersebut sempat terhenti akibat wabah Covid-19.

13 Pasien Positif Covid-19 Karanganyar Didominasi Klaster Pemudik Jatim

Dana senilai Rp1,7 miliar yang dianggarkan dari APBD 2020 akhirnya urung direalisasikan untuk pembebasan lahan lantaran dipakai untuk kegiatan penanggulangan Covid-19. Pembangunan Jembatan Pilang-Gedongan sudah menghabiskan anggaran Rp2,4 miliar untuk pembangunan fondasi dan Rp1,7 miliar untuk pembebasan lahan pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya