SOLOPOS.COM - Jemaah haji lempar jumrah di Mina, Mekkah. (Twitter.com/@ExBBComerfarooq)

Jemaah umrah memilih menunda keberangkatan.

Solopos.com, SOLO — Sebagian calon jemaah yang sudah berumrah tiga tahun terakhir memilih menunda ibadah umrah karena terkena dampak kebijakan membayar tambahan biaya visa sebesar 2.000 riyal. Jemaah menilai biaya visa tersebut terlampau tinggi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Salah satu calon jemaah, Murni Prabowo, berpendapat kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi terlalu mendadak. Dia tidak memiliki persiapan yang cukup untuk menambah biaya visa umrah yang terlampau tinggi.

“Sebenarnya saya sudah lama mendaftar umrah, tetapi dua hari yang lalu saya baru diberi tahu kalau terkena charge visa 2.000 riyal, padahal saya berangkat bersama suami dan anak saya. Kebetulan kami bertiga terkena dampak kebijakan itu dan ternyata cost-nya cukup tinggi. Kami harus membayar tambahan lagi sekitar Rp24 juta untuk visa saja. Kami akhirnya menunda sampai tahun depan saja karena terakhir ibadah umrah pada 24 Desember tiga tahun lalu,” katanya saat dihubungi Solopos.com Selasa (8/11/2016).

Murni mengaku kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan kerajaan Arab Saudi tersebut. Kendati demikian, dia juga tidak bisa berbuat banyak karena itu merupakan kebijakan negara itu.

“Kami yang niatnya untuk ibadah ya rodo gelo [agak kecewa]. Saya beribadah umrah lagi tahun ini karena nazar saya ketika anak saya diterima di universitas negeri. Tiga tahun sebelumnya juga bentuk nazar saat anak saya diterima di SMA negeri,” paparnya.

Desember 2017

Murni bersama keluarganya pun menunda ibadah umrah sampai Desember 2017. Selain ibadah umrah, dia bersama keluarganya juga mengambil paket wisata ke Turki. Sebab, paket yang ditawarkan hanya ada pada Desember.

Dia juga berharap kepada pemerintah Indonesia agar menegosiasikan permasalahan tersebut kepada pemerintah Arab Saudi.

“Kami tahu sepertinya Arab Saudi tengah mengalami krisis ekonomi. Tetapi kalau seperti ini ibadah umrah seperti dibatasi. Pemerintah Indonesia sebaiknya juga menjembatani agar visa tidak terlalu mahal dan tidak mendadak seperti sekarang,” katanya.

Sementara, calon jemaah lain, Murti, memilih untuk tetap berangkat ibadah umrah. Dia rela merogoh tabungan lagi agar bisa berangkat umrah. “Saya berangkat berlima bersama suami dan tiga anak. Kebetulan saya yang harus membayar tambahan visa, sedangkan yang lain enggak. Akhirnya saya ambil tabungan lagi,” katanya, Selasa.

Sebelumnya, beberapa calon jemaah umrah dari sejumlah biro travel juga memilih mundur. Hal itu karena mahalnya biaya visa yang harus dibayar oleh calon jemaah.

Pimpinan Naja dan Umroh Solo, Junio Charies Rieyan, mengatakan kebijakan tersebut membuat sekitar tiga calon jamaah umrah mengundurkan diri. Sebelumnya, ada 98 calon jemaah yang dijadwalkan berangkat umrah pada 20 November. Namun karena kebijakan itu tiga orang menunda keberangkatan mereka.

Direktur Dewangga Lil Hajj Wal Umroh, Her Suprabu, mengatakan kebijakan itu juga membuat calon jemaah kaget. “Selain calon jemaah umrah yang pertama, di tempat kami juga banyak jemaah yang rutin berangkat setiap tahun sehingga mereka kan kaget. Memang, ibadah tidak bisa diukur dengan materi, kalau sudah niat dan siap mereka pasti akan berangkat. Tetapi kalau berangkat kan biasanya bisa tiga sampai lima orang sehingga harus siap dahulu,” tuturnya saat berbincang dengan wartawan di Dewangga Lil Hajj Wal Umroh Solo, Senin.

Pada awal Desember diperkirakan ada sekitar 200 calon jemaah. Dari jumlah tersebut 14 orang terkena peraturan itu dan sampai sekarang masih ragu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya