SOLOPOS.COM - Perajin tembaga Tumang, Sidik Murdoko, mengecek replika lampu Nabawi dengan diameter dua meter di tempat kerajinan pada Senin (14/3/2022). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Perajin tembaga di Dusun Tumang, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah kebanjiran pesanan ornamen masjid menjelang Ramadan 2022.

Perajin tembaga Tumang mendapatkan pesanan dari berbagai daerah, salah satunya dari Aceh. Hal tersebut diungkapkan salah satu perajin tembaga, Sidik Murdowo, 50, saat dijumpai wartawan di tempat usahanya Senin (14/3/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mengungkapkan beberapa orang dari luar daerah memesan replika pintu dan lampu Nabawi, serta kubah. “Ada pesanan lima pintu itu dari Magetan, Jawa Timur. Kemudian ada lampu diameter enam meter ke Tuban, Jawa Timur. Kemudian lampu yang diameter 2 meter insya Allah akan dikirim ke Aceh,” jelas Sidik.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga : Cerita Tumang Surga Kerajinan Logam di Boyolali Diambil dari Nama Hantu

Sidik mengungkapkan harga yang dibanderol untuk lampu replika Nabawi dengan diameter enam meter Rp96 juta. “Untuk tenaga kerjanya yang di dalam ada sembilang orang dan di luar dibantu dua orang. Untuk harga, satu pintu Rp89 juta, lampu enam meter Rp96juta, yang dua meter Rp23juta. Lalu yang 1,5 mater Rp21 juta,” ungkapnya.

Walau kini banjir pesanan, Sidik mengaku usahanya terdampak pandemi Covid-19. Ia mengaku hanya dapat bertahan saat pandemi. “Saya sebagai perajin punya tanggungan karyawan. Kalau dibilang enggak ada tapi kok ada. Jadi kami ya tetap eksis saja, bertahan. Pas pandemi, otomatis masalah perputaran uang agak sulit. Maksudnya ada sih pesenan tapi pembayarannya seret. Harusnya sudah bayar tenaga kerja dan bahan baku, tapi di sana belum 100 persen,” jelas Sidik.

Baca Juga : Lika-liku Ekspor Kerajinan Logam Desa Tumang Boyolali saat Pandemi

Pria yang memulai usaha sejak 1999 tersebut mengaku pendapatannya mulai naik 50 persen menjelang Ramadan. Ia membandingkan dengan keadaan sebelum ini. “Menjelang Ramadan ini sudah ada peningkatan. Kalau dibandingkan pandemi yang waktu itu, kami ada peningkatan 50 persen. Itu jika dibandingkan dengan awal pandemi bukan keadaan sebelum pandemi,” ujarnya.

Penghidupan Sebagian Warga Cepogo

Hal senada diungkapkan Kepala Desa Cepogo, Mawardi. Ia menuturkan perajin tembaga di desanya hanya bisa mengerjakan kerajinan yang telah dipesan sebelum pandemi saat awal 2020. “Untuk saat ini perkembangan sudah mulai bagus. Pada akhir-akhir ini ya, mulai awal tahun 2022, geliat kerajinan sudah mulai naik. Ada kenaikan sekitar 50 persen dibanding awal-awal pandemi,” jelas Mawardi.

Baca Juga : Kesulitan Regenerasi, Perajin Logam Tumang Boyolali Cari Pandai Besi

Mawardi mengatakan ada 200 perajin tembaga di Desa Cepogo, Boyolali. Namun, warga Desa Cepogo yang berkecimpung di dunia kerajinan tembaga mencapai 2.000 orang. “Kisaran perajin yang membuka showroom ada 200-an perajin. Kalau yang bergelut di bidang itu, sebagai karyawan atau lain sebagainya mencapai 2.000 orang. Nah, dari 2.000 orang itu bisa menghidupi lebih dari 50 persen warga Desa Cepogo yang sekarang sudah mencapi 9.000 jiwa,” kata dia.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan kriya logam di Tumang sudah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 2021. “Harapan kami dengan ditetapkannya sebagai WBTB maka dapat memberikan proteksi kepada genetika di Desa Cepogo, khususnya Tumang. Ketika mau dikerjakan di manapun itu tetap membawa nama Tumang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya