SOLOPOS.COM - Ilustrasi jual beli saham. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Pemilu 2024 dinilai bisa meningkatkan pergerakan investor di lantai saham karena konsumsi masyarakat diprediksi juga akan meningkat.

Dalam rilis yang diterima Solopos.com, dari Syailendra Capital, Rabu (16/8/2023), pada musim pemilu ada dua macam sudut pandang yang sering ditunjukkan oleh investor. Sebagian investor berpendapat musim pemilu dikaitkan dengan meningkatnya risiko pasar karena ada kemungkinan risiko perubahan kebijakan atau kemungkinan resiko ketidakstabilan politik.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Namun ada juga investor yang melihat musim pemilu sebagai pesta demokrasi yang akan membuat roda perekonomian berjalan lebih baik ditopang oleh peningkatan angka konsumsi domestik.

Mereka menilai dua macam sudut pandang di setiap kasus memang lumrah terjadi karena terbaginya opini antara investor yang memiliki profil risiko konservatif dan agresif. 

Namun di setiap kondisi, sebaiknya investor melihat dari sisi positifnya, jangan hanya melihat faktor risikonya saja, sehingga dapat memanfaatkan momentum dan opportunity yang ada. Secara historis, pergerakan IHSG di musim pemilu semakin stabil bila dilihat dari penurunan standard deviasinya.

Secara tren, pada 5 periode pemilu terakhir, volatilitas pergerakan IHSG mengalami penurunan angka annualized standard deviation (SD). SD 2 pemilu terakhir di kisaran 13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pemilu tahun 1999, 2004, dan 2009. 

Pada 1999 ada penurunan SD mencapai 40,8 persen, angka ini turun menjadi 21,2 persen pada Pemilu 2004. Menariknya penurunan SD kembali naik menjadi 31,7 persen di Pemilu 2009. Sedangkan dalam dua Pemilu 2014 dan 2019, penurunan SD relatif stabil di angka 13 persen.

Hal ini terjadi kemungkinan karena adanya perbaikan dalam persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil pemilu sehingga membuat keseluruhan musim pemilu menjadi lebih kondusif.

Berdasarkan estimasi UBS, terdapat potensi perputaran dana berkisar Rp170 triliun dari lima jenis bentuk pemilu yang akan dilangsungkan. 

Dampaknya positif pada angka konsumsi di Indonesia yang biasanya mengalami peningkatan pada 2 kuartal sebelum pemilu berlangsung. Beberapa produk yang terkait dengan kebutuhan kampanye kemungkinan mengalami lonjakkan permintaan sebelum pemilu berlangsung.

Sedangkan menurut pengamat ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS), Bhimo Rizky Samudro, pertumbuhan ekonomi menjelang pemilu tidak lepas dari meningkatnya konsumsi domestik. Ia juga melihat potensi peningkatan aktivitas dari para calon legislatif (caleg) juga menjadi alasan peningkatan ekonomi.

“Apalagi menjelang pemilu itu selalu banyak event atau kegiatan yang dilakukan caleg, mulai dari sosialisasi, kampanye atau bahkan memberikan bantuan, ini yang membuat pergerakan ekonomi bisa bergerak lebih cepat menjelang pemilu. Apalagi pemilu ini merupakan momentum tahunan yang banyak menggerakkan konsumsi masyarakat,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya