SOLOPOS.COM - Aktivitas Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali jelang Idul Adha, Rabu (10/10/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

Aktivitas Pasar Hewan Sunggingan, Boyolali jelang Idul Adha, Rabu (10/10/2012). (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI — Pasar Hewan Sunggingan Boyolali kian marak diserbu para tengkulak sapi dari berbagai wilayah jelang lebaran kurban 2012 ini. Tengkulak pun memasang target keuntungan 30 persen dari penjualan sapi sebagai hewan kurban.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berdasarkan pantauan, Rabu (10/10/2012) hingga pukul 15.30 WIB, pasar tersebut masih ramai aktifitas jual beli sapi. Informasi yang diterima, tengkulak dari dalam dan luar kota mulai gencar membeli sapi

“Ada yang langsung pedagang luar kota turun ada juga yang lewat perantara pedagang lokal. Jakarta, Semarang, misalnya,” kata seorang pedagang asal Cepogo, Boyolali, Kandori, 45.

Kandori menjelaskan dia pun lebih intens mengulak dagangan dari pasar-pasar hewan di Boyolali. Dagangan dipasarkannya ke daerah Magelang. Selain itu, dia juga membeli sapi dari para petani.

“Paling lama sepasar [lima hari] sapi ditahan di rumah. Untuk ukuran saya, satu sapi saat ini bisa menghasilkan untuk sekitar Rp1 juta. Salah satu sapi saya tadi terjual Rp17 juta, itu saya beli kemarin seharga Rp16 juta,” paparnya.

Selain Kandori, terdapat pula pedagang asal Boyolali yang berspekulasi membuka lapak dan melayani pesanan di luar kota. Hal itu sebagaimana dilakukan Tri Utomo, 34.

“Saya kirim Bandung. Ada yang pesanan ada yang jual sendiri tapi nanti mepet lebaran biar harga tinggi dulu,” kata Tri.

Dia mengaku memasang target untung 30 persen dari penjualan di luar kota. Sementara sapi yang dijualnya itu rata-rata dikulak senilai Rp11 juta.

Tri berencana mengirim sapi secara bertahap. Namun, dia mengagendakan mengirim dua rit sapi yang masing-masing berjumlah 14 ekor.

“Yang bermodal besar ya bisa mendapat keuntungan lebih besar karena bisa mengulak sapi lebih banyak,” ujarnya.

Sementara itu, Parjo, 41, juga pedagang sapi, menjelaskan berjualan sapi kurban berbeda dengan saat-saat biasa. Parameter yang dipakai pembeli adalah kepuasan melihat kondisi fisik sapid an syarat sapi sebagai hewan kurban.
“Beda. Yang penting mantep, soal harga menyusul bisa dinegokan. Bisa untung banyak bisa mepet karena tidak lagi berpatokan pada berat [sapi],” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya