SOLOPOS.COM - Mengarak ogoh-ogoh

Gelar seni ogoh-ogoh merupakan bagian dari rangkaian panjang penyelenggaran Nyepi tahun 2017

Harianjogja.com, JOGJA-Pawai seni dan budaya, dalam rangka memeriahkan Hari Raya Nyepi 2017, akan digelar di Jalan Malioboro, Sabtu (23/3/2017). Dalam pawai tersebut akan ditampilkan ogoh-ogoh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Gelar seni ogoh-ogoh kami laksanakan sebagai kewajiban generasi muda dalam melestarikan budaya. Selain itu, kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pariwisata dan harapannya bisa memberi hiburan pada masyarakat,” kata Nyoman Santiawan, panitia Nyepi 2017, saat konferensi pers di Kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Jogja, Kamis (23/3/2017).

Nyoman mengatakan gelar seni ogoh-ogoh merupakan bagian dari rangkaian panjang penyelenggaran Nyepi 2017. Menurutnya, perayaan Nyepi tahun ini dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu ritual keagamaan, bakti sosial, dan acara seni budaya.

“Ritual keagamaan sudah kami lakukan dalam bentuk melasti di Pantai Parangkusumo. Bakti sosial di Kretek dan Pura Banguntapan dalam bentuk donor darah,” ungkapnya.

Tak hanya ogoh-ogoh yang akan ditampilkan pada pawai seni dan budaya tersebut. Beragam kesenian dari beberapa daerah dan lintas agama juga akan dipertunjukkan seperti barongsai, hadroh, dan kerongcongan.

“Misinya membangun harmoni dalam perbedaan. Agar bisa hidup rukun antaragama dan golongan. Kegiatan ini melibatkan 40 komunitas seni dan budaya di DIY,” jelas Nyoman yang merupakan koordinator dari kegiatan tersebut.

Pawai seni dan budaya sendiri akan dimulai pukul 15.00 WIB sampai 17.30 WIB dengan titik start gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian display di Titik Nol, dan berakhir di Alun-alun utara.

Bagi yang tak sempat menyaksikan pawai saat sore hari, tak perlu kecewa karena pawai juga akan di gelar di Jalan Monjali sampai Jembatan Sardjito pada pukul 11.00 WIB di hari yang sama.

Dalam konferensi pers tersebut, Nyoman juga menjelaskan makna dari ogoh-ogoh. Menurutnya, ogoh-ogoh adalah patung dari kertas yang biasanya mengambil bentuk raksasa. Raksasa dipilih karena dianggap mewakili sifat-sifat tercela seperti rakus, pemalas, kejam, dan licik. Ogoh-ogoh biasanya akan diarak sehari sebelum nyepi atau sering disebut tawur kesanga.

“Setelah diarak kemudian akan dibakar untuk menghilangkan sifat-sifat jahat tersebut.”

Menurut I Wayan Werdhi Yasa, Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia DIY, ogoh-ogoh baru muncul di Bali sekitar 1982 di jalan antara Denpasar dan Jembrana, yang kemudian diikuti kampung-kampung di Bali. “Jadi jangan dibayangkan ogoh-ogoh itu sudah ada sejak jaman dulu di Bali. Dulu tujuan utamanya adalah untuk atraksi wisata, baru kemudian diberikan makna.”

Sebagai penutup, Wayan berharap melalui kegiatan pawai seni dan budaya, umat Hindu di DIY bisa menyampaikan pesan agar umat beragama di seluruh Indonesia bisa hidup rukun dan berdampingan.

“Ini sesuai dengan tema Nyepi nasional yaitu Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya