SOLOPOS.COM - Pelatih Argentina, Alejandro Sabella REUTERS/Davor Paredes

Harianjogja.com, SAO PAULO—Pelatih timnas Argentina Alejandro Sabella mengatakan Jerman lebih mempunyai keuntungan daripada tim asuhannya, yang kelelahan, di laga final Piala Dunia 2014, Minggu (12/7/2014).

Argentina melaju ke laga pamungkas di Maracana setelah bermain ketat dengan Belanda hingga harus diputuskan dengan adu penalti yang mana sang pelatih mengibaratkannya seperti perang.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Kenyataan bahwa Jerman memiliki waktu yang lebih untuk beristirahat dan bermain efektif lewat kemenangan 7-1 atas Brazil dalam 90 menit bisa menjadi faktor yang krusial, kata Sabella.

“Beberapa pemain kami kesakitan, terpukul, lelah, seperti menjalani sebuah perang, bisa dikatakan demikian,” kata Sabella.

“Kami akan bermain di final, dengan kekurangan satu hari untuk persiapan dan akan melawan tim seperti Jerman, namun dengan kerja keras, kerendahan hati, dan keseriusan, kami akan mengerahkan segala kemampuan kami untuk menjadi juara,” kata dia.

Sabella kagum dengan sepak bola Jerman, dia mengatakan jika mereka sering memunculkan pemain dengan “sentuhan Amerika Selatan.” “Sepanjang sejarahnya Jerman selalu menunjukkan kekuatan fisiknya, taktik dan kegagahan mentalnya, dan selalu memiliki pemain dengan sentuhan gaya Amerika Selatan,” kata Sabella.

“Pertandingan itu akan sangat sulit dan saya ulangi lagi fakta jika Jerman belum pernah memainkan babak tambahan sementara kami sudah dua kali dan kami bermain satu hari setelah Jerman,” kata Sabella.

“Jerman selalu menjadi rintangan yang sulit diatasi.” “Kita akan lihat apakah hanya masalah kecil, fakta jika kami bermain setelah Jerman dan permainan mereka ditentukan pada 45 menit pertama, sehingga mereka bisa sedikit santai di babak kedua, sementara kami harus mengerahkan segala kemampuan hingga tetes keringat terakhir untuk mencapai final Piala Dunia,” kata Sabella.

Kiper Argentina Sergio Romero menghentikan tendangan penalti Ron Vlaar dan Wesley Sneijder di babak adu penalti setelah kebuntuan 0-0 hingga babak tambahan di Corinthians Arena.

Argentina, yang mengincar gelar juara dunia ketiga kalinya, mencapai final Piala Dunia terakhir kali di Italia pada 1990, ketika itu mereka kalah 0-1 dari Jerman Barat.

Sabella memuji penampilan gelandang bertahan Javier Mascherano, yang membuat blok untuk menggagalkan usaha Arjen Robben mencetak gol.

“Mascherano adalah sebuah simbol, emblem. Kami bisa masuk ke semifinal dan dia menaruh beban yang sangat berat di pundaknya,” kata Sabella.

“Dia adalah pemain yang luar biasa. Klub-klub lain menginginkan dia.” “[Pep] Guardiola, [Rafa] Benitez, pelatih-pelatih ini ingin membawa dia bersamanya.” “Dia adalah lambang dari skuad nasional di lapangan dan di luar lapangan,” kata Sabella.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya