SOLOPOS.COM - Keindahan Gua Liang Bua di NTT (Pesona Indonesia)

Solopos.com, SOLO -- Jejak manusia kerdil tersimpan di balik keindahan Gua Liang Bua di Dusun Rampasasa, Liangbua, Ruteng, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ribuan tahun lalu diyakini gua itu menjadi tempat tinggal manusia kerdil.

Gua ini menjadi salah satu situs arkeologi penting dunia karena di tempat ini ditemukan fosil Homo Floresiensis atau yang kerap disebut manusia kerdil. Banyak penelitian menunjukkan manusia purba yang ditemukan di gua itu berukuran kecil atau kerdil.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pada 2001 ditemukan fosil yang hanya memiliki tinggi 100 sentimeter dengan berat yang diperkirakan hanya 25 kilogram. Informasi tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada 2001 yang merupakan kerja sama antara University of New England, Australia dengan Arkeolog Nasional.

Manusia purba yang ada di gua ini memang mencuri perhatian dunia arkeologi karena dari berat dan tingginya mirip Hobbit. Sebagaimana dikutip dari laman Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, beberapa waktu lalu, Gua Liang Bua sudah banyak diteliti baik peneliti dari dalam maupun luar negeri.

Gua ini kali pertama ditemukan oleh Theodore Verhoeven seorang pastor sekaligus guru yang mengajar di Kabupaten Manggarai. Awalnya Verhoeven menemukan pecahan gerabah dan serpih batu di permukaan lantai gua.

Hingga akhirnya dia melakukan test pit yang dilanjutkan dengan ekskavasi. Profesor Soejono pada 1978 dan 1979 juga melakukan ekskavasi. Ekskavasi pun terus berlangsung hingga 2000-an. Hasilnya, tinggalan yang ditemukan pada gua ini sangat kaya.

Sisa hewan purba di antaranya gajah purba atau stegodon, komodo, biawak, tikus, burung-burung besar, dan kura-kura beserta alat-alat serpih ditemukan di gua ini disamping sisa hunian dan kubur Neolitik dan Paleometalik.

Bikin Gempar Dunia

ekonstruksi manusia kerdil asal NTT
ekonstruksi manusia kerdil asal NTT (Kemendikbud)

Namun, temuan yang kaya ini belum cukup membuat Liang Bua mendunia. Temuan yang membuat dunia gempar adalah pada 2003 dengan ditemukannya sisa manusia dari 89 individu dari 38.000 hingga 18.000 tahun yang lalu.

Penamaan LB 1 bagi salah satu rangka yang merupakan seorang perempuan dengan perawakan kecil berumur sekitar 30 tahun. Panjangnya hanya 105 cm dengan kapasitas otak 380 cc dan berat sekitar 30 hingga 40 kg.

Perempuan ini menghebohkan dunia lantaran tim yang menemukannya memublikasikan pada 2004 pada majalah “Nature” dengan menyebutnya sebagai spesies baru yang disebut Homo Floresiensis.

Tim yang dipimpin Mike Morwoof mengatakan bahwa beberapa karakter fisik dan volume otak penemuan yang seringkali disebut “Hobbit” ini mengingatkan pada Australopithecus dengan sebutan ”Lucy” yang ditemukan di Afrika.

Ini yang kemudian menjadikan Gua Liang Bua dikenal di seluruh dunia. Nama Liang Bua diambil dari bahasa Manggarai berarti gua atau lubang sejuk. Gua ini adalah gua karst yang terbentuk karena proses cuaca.

Bila dari geologi, gua ini bentukan endokars yang berkembang pada batu gamping. Bentukan endokars itu berselingan dengan batu gamping pasiran. Batuan gamping itu diperkirakan berasal dari periode Miosen tengah atau sekitar 15 juta tahun yang lampau.

Situasi di dalam gua yang memiliki ukuran tinggi atap bagian dalam 25 meter, lebar 40 meter, dan panjang 50 meter. Lokasinya berada di sekitar 200 meter dari pertemuan Sungai Wae Rancang dan Wae Mulu. Dari dua sungai inilah temuan batuan artefak dan arteak batu, seperti rijang, kalsedon, dan tufa kersikan.

Dari uji laboratorium sampel sedimen di pojok selatan Gua Liang Bua terbentuk dari 190.000 tahun silam. Gua ini terbentuk dari bebatuan yang terbawa arus sungai hingga terbentuk gundukan bukit.

Dari dalam gua bisa didapat melihat stalaktit yang menawan menjuntai di langit-langit gua. Pemandangan ini dapat dinikmati dengan mudah karena gua ini dijadikan tempat wisata dan tempat penelitian kelas internasional.

Menuju Lokasi

Gua Liang Bua
Lokasi Gua Liang Bua (Kebudayaan Kemendikbud)

Bila ingin pergi melihat jejak manusia kerdil di gua ini, pengunjung bisa melalui Kota Kupang, NTT, lalu dilanjutkan naik pesawat dengan waktu tempuh 90 menit menuju Kota Ende, Pulau Flores.

Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng menggunakan angkutan umum, seperti minibus selama 4 jam. Setiba di Ruteng, perjalanan berlanjut menuju Rampasasa dengan jarak 13 kilometer dengan menggunakan angkutan umum.

Jalan menuju gua yang dulu jadi tempat tinggal manusia kerdil ini bisa dikatakan sempit dan hanya muat satu mobil. Selain itu, jalurnya juga ekstrem karena banyak belokan dan bukit-bukit.

Namun, kesulitan itu akan terbayar dengan pemandangan cantik Gua Liang Bua. Disarankan untuk mengunjungi gua unik ini, lebih baik berjalan kaki bila memang sudah tiba di dekat lokasi.

Saat menampaki gua, seakan diajak masuk ke lingkungan manusia purba, membayangkan kehidupan mereka berpuluh ribu tahun lalu. Bisa juga melihat gua besar dengan batu stalagmit, membayangkan gajah purba, komodo, dan manusia kerdil pernah tinggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya