SOLOPOS.COM - Bekas bangunan Hotel Dibya Puri atau Du Paviliun di Kota Semarang yang saat masa jayanya pernah membuat takjub RA Kartini. (Solopos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, SEMARANG — Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) memang memiliki sederet bangunan bernilai sejarah. Salah satunya adalah bangunan bekas hotel yang terletak di Jalan Pemuda No. 11, Kota Semarang, yang konon kemegahannya sempat membuat terpukau tokoh emansipasi perempuan sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia, Kartinni.

Hotel tersebut adalah Hotel Dibya Puri. Dikutip dari laman cagarbudaya.kemendikbud.go.id, bangunan eks Hotel Dibya Puri itu memang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada 1992 silam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kendati demikian, kondisinya saat ini cukup memprihatinkan. Bangunan itu kini mangkrak dan terkesan angker karena tidak difungsikan. Hanya halaman depan bangunan tersebut saja yang difungsikan sebagai tempat parkir.

Penjaga bangunan itu, Mingan, 67, menuturkan Hotel Dibya Puri telah berhenti beroperasi sejak 2008 silam. PT Natour, BUMN yang mengelola hotel nasional sempat berupaya merenovasi bangunan sarat sejarah itu pada 2019 lalu. Namun, proses renovasi itu terhenti akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: 11 Tahun Mati Suri, Hotel Tertua di Semarang Ini Direnovasi

“Kemarin memang sempat mau direnovasi, tapi berhenti gara-gara Corona [pandemi Covid-19],” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (19/4/2022).

Mingan mengaku telah bekerja di Hotel Dibya Puri sejak tahun 1970-an. Dulu, hotel tersebut terkenal sebagai salah satu hotel elit di Kota Semarang. Banyak tamu yang singgah ke hotel tersebut. Namun, pada era 2000-an, hotel tersebut mulai sepi seiring munculnya hotel-hotel baru yang lebih modern di Kota Semarang. Pada akhirnya, tahun 2008, hotel tersebut pun berhenti beroperasi.

Hotel Termewah

Hotel Dibya Puri dulunya bernama Hotel Du Pavillon. Hotel ini menjadi salah satu hotel termewah di Kota Semarang pada awal abad ke-20.

Hotel tersebut dibangun pada tahun 1847 dan mengalami renovasi secara besar-besaran pada 1913 silam. Renovasi itu dilakukan guna menyambut tamu-tamu yang akan hadir dalam perhelatan Koloniale Tentoonstelling, sebuah pameran yang dianggap terbesar di Asia Tenggara pada 1914 silam.

Dalam renovasi tersebut, bangunan hotel itu mulai dilengkapi jaringan listrik yang memadai dengan pemasangan lampu-lampu yang indah dan modern. Sanitari juga sudah memanfaatkan metode sanitari yang sehat, sampai dengan melengkapi kamar mandi pribadi di setiap kamar.

Baca juga: Mengenal WR Supratman, Pencipta Lagu Ibu Kita Kartini

Sementara itu, pada bangunan baru di sampingnya ditambahkan 50 kamar tidur yang didesain secara luas dan nyama, dilengkapi mebel yang mewah. Sedangkan ruang makannya terdapat tempat duduk yang sanggup menampung 150 orang. Renovasi hotel kala itu memakan biaya hingga 250.000 gulden.

Kemewahan hotel ini pun pernah dipuji Kartini melalui tulisannya berjudul Een Gouverneur Generalsdag. Kartini yang kala itu berkunjung bersama saudaranya menceritakan ketakjubannya terhadap gapura Hotel du Pavilliun yang bermandikan cahaya lampu guna menyambut tamu yang datang.

Hotel Du Paviliun atau Dibya Puri ini juga menjadi saksi sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 1945. Kala itu, hotel tersebut digunakan sebagai lokasi baku tembak antara pemuda Semarang dengan penjajah hingga menyebabkan beberapa bagian bangunannya rusak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya