SOLOPOS.COM - Ilustrasi wong kalang (Instagram/@gypsyindonesia)

Solopos.com, BLORA — Harta karun peninggalan warga Suku Kalang atau biasa dikenal dengan nama Wong Kalang menjadi salah satu sasaran perburuan masyarakat di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Seperti apa sebenarnya kehidupan mereka hingga memiliki banyak harta benda yang sangat berharga?

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, harta karun Wong Kalang itu diperoleh warga di kawasan hutan jati hingga makam kuno di Blora. Lokasi penemuannya diperkirakan merupakan kuburan warga Suku Kalang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu budaya wong kalang yang paling disorot adalah budaya penguburan jenazah yang dinilai paling modern di zamannya kala itu, yaitu zaman megalitikum. Seperti yang sudah diberitakan Solopos.com, budaya wong kalang dalam menguburkan jenazah mengenal konsep “nutupi bahahan sanga” yang berarti menutup sembilan lubang tubuh dengan benda-benda logam sesuai strata.

Jika yang meninggal dari strata tinggi, jenazahnya akan dibekali emas murni serta perhiasan dari emas. Orang dari strata tengah dibekali dengan benda-benda logam perunggu dan jika di strata bawahnya biasanya dibekali alat-alat pertanian. Benda-benda itulah yang kemudian diburu sebagai harta karun oleh masyarakat Blora dan sekitarnya. Lantas, siapa sebenarnya Wong Kalang?

Baca juga: Asale Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora: Pernah Tinggal di Solo

Kehidupan Wong Kalang

Agus Aris Munandar dkk dalam buku bertajuk Tuha Kalang: Orang Kalang dalam Kebudayaan Jawa menjelaskan bahwa warga dari suku ini dikenal dengan keahlian tentang perkayuan. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian Bryne (1951) yang dikutip Muslichin dalam artikelnya bertajuk Orang Kalang dan Budayanya: Tinjauan Historis Masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal. Pada zaman dulu, Wong Kalang dikenal sebagai penebang kayu dan juru angkut di proyek pembangunan.

Akan tetapi asal-usul suku ini atau bagaimana kehidupan mereka secara detail belum diketahui secara detail. Dikutip dari Scribd.com, Senin (8/11/2021), Wong Kalang sudah ada sebelum pengaruh Hindu masuk ke Jawa. Pendapat ini berdasarkan prasasti Kuburan Candi di Tegalsari, Magelang tahun 753 Saka atau 831 Masehi.

Dulu, Wong Kalang dengan masyarakat Suku Jawa hidup berdampingan meski memiliki perbedaan budaya yang signifikan. Perbedaan paling mencolok terlihat pada ritual yang menjadi aspek kehidupan penting bagi kedua suku tersebut. Jika masyarakat Jawa tinggal di pedesaan, lain halnya dengan Wong Kalang yang memilih mengasingkan diri di hutan yang belum terjamah manusia.

Baca juga: Mengenal Wong Kalang Pemilik Harta Karun di Blora

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Paramita pada 2011 karya Muslichin yang bertjuk Orang Kalang dan Budayanya: Tinjauan Historis Masyarakat Kalang di Kabupaten Kendal menunjukkan makna Kalang sejalan dengan kehidupan Wong Kalang yang terpisah dari masyarakat Jawa. Konon kala itu mereka tidak boleh berada di lingkungan sekitar masyarakat Jawa.

Orang Jawa menganggap mereka sebagai anak hasil perkawinan wanita dengan seekor anjing. Oleh sebab itu, kalang dimaknai sebagai sesuatu yang ditempatkan di luar atau sesuatu yang dipisahkan dari lainnya.

Mereka pun akhirnya hidup berpindah-pindah dengan mengembara, seperti para manusia purba. Orang Kalang mengandalkan sumber daya alam untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Secara fisik, Wong Kalang tidak berbeda dengan orang Jawa pada umumnya. Namun seorang peneliti Belanda, AB Meyer, dalam bukunya, Die Kalang Auf Java, mengatakan Wong Kalang termasuk golongan suku bangsa berambut keriting dan berkulit hitam. Mereka masuk dalam kategori ras yang sama dengan suku Negrito di Filipina dan suku Semang di Malaysia.

Baca juga: Tak Hanya di Blora, Harta Karun Wong Kalang Juga Ditemukan di Semarang

Hidup di Solo hingga Bojonegoro

Sejumlah literatur menyebutkan Wong Kalang adalah kelompok suku yang bermukim di Pulau Jawa, khususnya di wilayah perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Kabupaten Blora dan Rembang di Jawa Tengah; dan Kabupaten Bojonegoro dan Tuban di Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, kehidupan orang Suku Kalang bercampur dengan masyarakat Jawa pada umumnya.

Kehidupannya yang serba pasrah, berserah diri, dan bijak membuat mereka disebut sebagai Kalang Sejati. Pada awalnya mereka ada di Solo dan Bagelen serta karesidenan yang lainnya.

Saat ini kemungkinan keluarga keturunan Wong Kalang dapat ditemukan di pinggiran pegunungan selatan Jateng seperti Kebumen, Purworejo, Cilacap, Solo, Blora, dan Kendal. Jejak keberadaan mereka juga ditemukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu mereka juga kemungkinan tersebar hingga ke Jawa Timur, khususnya di wilayah Bojonegoro dan Tuban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya